"Aku di sini bukan untuk menjual tubuhku. Aku di sini untuk satu hal: anak-anakku."
Kata-katanya menghantam jiwaku seperti badai yang tak terduga. Di dunia yang begitu kejam, di tengah anggapan sinis dan hinaan yang melekat pada pekerjaannya, Kinan berdiri teguh mempertahankan prinsipnya.
"Aku tidak ingin hidup ini menjadi aib bagi anak-anakku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika suatu hari mereka mendengar bahwa ibunya pernah ditawar untuk kesenangan. Aku ingin mereka bangga padaku, bukan menyimpan malu," lanjutnya, dengan air mata yang mulai membasahi pipi.
Kata-kata itu mengoyak dinding keraguanku, menelanjangi prasangkaku satu per satu. Di balik sosoknya yang terbungkus dalam misteri, ternyata ada jiwa yang berkobar dengan ketulusan dan kekuatan.
Aku terdiam, mendengarkan, membiarkan Kinan berbicara, mengisahkan duka dan harapan yang ia pendam selama ini. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya adalah api yang membakar semua anggapan negatif yang pernah aku miliki.
Dan dalam sekejap, tanpa bisa aku kendalikan, aku mendekatinya dan merengkuh tubuhnya dalam pelukan yang erat. Di sana, di tengah malam yang penuh dengan rahasia, aku menyadari bahwa aku telah jatuh terlalu dalam.
"Kinan, jangan biarkan siapa pun merendahkanmu," bisikku, dengan perasaan yang begitu dalam. "Kau adalah seorang pejuang yang lebih kuat dari yang bisa mereka bayangkan. Kau layak mendapatkan kebahagiaan, tanpa memandang apa pun yang mereka katakan."
Kami terbenam dalam pelukan yang penuh keheningan, keheningan yang berbicara lebih banyak daripada ribuan kata. Di tengah malam yang seolah menjadi saksi, aku menyadari bahwa Kinan bukan sekadar bagian dari dunia malam.
Dia adalah cahaya yang terperangkap, memancarkan sinarnya dengan cara yang tak banyak orang mengerti.
Dalam pelukan itu, di bawah cahaya redup yang membasuh wajah kami, aku tahu bahwa hatiku takkan pernah bisa sama lagi. Di balik setiap senyum Kinan, di balik setiap detik yang kami habiskan bersama, ada cinta yang tumbuh, cinta yang tak terpengaruh oleh pandangan sinis atau prasangka.
Malam itu, aku menemukan bukan hanya sosok wanita, tetapi kisah hidup yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Aku tahu, sejak saat itu, aku takkan bisa menjauh darinya.