Mohon tunggu...
R. AMRAN
R. AMRAN Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Saya seorang jurnalis yang memiliki kesenangan menulis cerita dan perjalanan hidup seseorang sebagai inspirasi, selain itu saya selalu terobsesi untuk menggali suara-suara mereka yang kerap terpinggirkan agar dapat terdengar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Malam Bersama Kinan, Bagian 4: Menjadi Ayah dan Ibu

6 November 2024   07:51 Diperbarui: 6 November 2024   07:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sampul Kinan/r.amran

Tapi dalam hati, aku merasa hancur. Aku tahu... mungkin aku tak akan selalu bisa menjawab pertanyaannya dengan jujur, karena aku sendiri pun tak tahu sampai kapan Ipeh bisa bertahan."

Kinan berusaha menyembunyikan kesedihannya dengan baik, tapi aku tahu betapa dalam luka yang ia bawa. Dalam kesendirian, ia memikul beban yang luar biasa berat, mencoba menjalani hidup yang tak pernah ia rencanakan, mencoba memberikan yang terbaik meskipun dirinya sendiri sering merasa kosong dan tak berdaya.

"Aku tak punya banyak waktu untuk diriku sendiri, Bang," kata Kinan sambil tersenyum tipis. "Setiap saat aku punya kesempatan, aku manfaatkan untuk memastikan mereka bahagia. itu semua aku lakukan dengan sepenuh hati. Aku ingin mereka merasa bahwa meskipun tak ada ayah di rumah, mereka masih memiliki ibu yang mencintai mereka tanpa batas."

Aku terhenyak mendengar pengakuannya. Kinan bukan hanya sosok ibu yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan fisik anak-anaknya, ia juga berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sumber kehangatan dan kebahagiaan di tengah kekurangan yang mereka alami.

Dalam kesendirian dan kerja kerasnya, ia menciptakan dunia kecil yang penuh kasih, tempat di mana anak-anaknya bisa merasa aman dan dicintai.

Di akhir malam itu, Kinan menghela napas panjang. Ia mengakui bahwa terkadang ia merasa takut akan masa depan, takut kalau-kalau suatu hari ia tak lagi mampu menjalani semua ini sendirian. "Aku hanya ingin anak-anakku tumbuh menjadi orang baik, Bang."

Aku ingin mereka tahu bahwa meskipun hidup ini berat, mereka harus tetap tegar. Mungkin aku tak bisa memberi mereka banyak hal, tapi aku berharap mereka selalu merasakan cinta yang tulus dariku."

Malam itu, aku meninggalkan Kinan dengan hati yang penuh. Aku sadar bahwa ia adalah sosok yang luar biasa, perempuan yang begitu kuat dan tegar dalam kesendiriannya. Di balik segala pengorbanannya, ada cinta yang tak terbatas, cinta seorang ibu yang rela melakukan apa saja demi masa depan anak-anaknya.

Kinan telah mengajarkan padaku bahwa menjadi ibu bukan hanya soal merawat dan menjaga, tetapi juga tentang memberikan kekuatan, harapan, dan cinta yang akan terus mereka bawa dalam hidup mereka. Ia adalah cahaya bagi anak-anaknya, seorang ibu sekaligus ayah yang tak pernah berhenti berjuang, dan bagiku, ia adalah inspirasi yang tak ternilai.

Bersambung...

Bagian 5: "Jejak Rindu Dalam Bayang luka"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun