Mohon tunggu...
Rahmat Nurudin
Rahmat Nurudin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya adalah seorang pegiat pendidikan yang aktif di LSM Rumah Cerdas Kota Bandar Lampung serta menjadi pengajar di Sekolah Menengah PErtama. Saya juga tertarik di dunia politik dan mengikuti perkembangan dunia Politik Indonesia sejauh ini. Saya juga aktif di organisasi kepemudaan dan senang menulis, melakukan riset terkait dunia pendidikan dan politik sekaligus. Kedepannya, saya berkeinginan untuk bisa melanjutkan studi master terkait ilmu pendidikan baik di dalam maupun luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan dari Keluarga untuk Selamatkan Generasi Muda Indonesia

3 Agustus 2014   16:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:32 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a.Fenomena Dunia Remaja Dilihat dari Kaca Mata Karakter dan Moral

Sewaktu saya masih diusia sekolah dasar, bukan suatu hal yang asing untuk bermain “Gobak Sodor, Kaplak, Kelereng, Patok Lele, Congklak dan berbagai permainan tradisional lainnya. Permainan tradisional selain sarana untuk permainan, tapi juga untuk melatih gerak motorik tubuh dan pergaulan sosial antar anak-anak, apalagi bagi saya yang tinggal di daerah kampung. Kehidupan anak-anak era sekarang jauh berbeda dengan anak-anak seusia saya waktu itu. Sebagian besar anak-anak sekarang sangat dekat dengan “dunia layar” yang mampu menyita sebagian besar waktu mereka. Gadget, computer, labtob sudah menjadi benda yang lumrah dipegang oleh anak remaja era sekarang seiring dengan perkembangan teknologi internet dan telepon pintar. Hal ini juga berdampak pada akses yang bisa jadi tak terkontrol terhadap aktifitas anak-anak terhadap alat tersebut. Riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight tentang aspirasi dan perilaku anak muda (remaja) di enam kota besar di Indonesia awal tahun 2010 ini menunjukkan hasil yang mengejutkan. 6 dari 10 anak Indonesia mengaku lebih banyak mengakses internet dalam 6 bulan terakhir dibanding media-media lain termasuk media konvensional TV. Adalah internet yang menyediakan informasi baik yang positif maupun yang negative kepada semua pengguna nya. Situs berita di Detik.com pada tanggal 26 mei 2014, 93% siswa sebuah SMP di Purwokerto mengakui telah menonton film porno via ponsel mereka masing-masing. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika saat ini Indonesia sudah menduduki peringkat pertama dalam aktivitas negatif internet. Ironisnya lagi, diantara para pengakses situs porno itu adalah anak-anak di bawah umur. Mengutip pendapat psikolog klinis sekaligus aktivis AIDS, Baby Jim Aditya, menurut beliau berdasarkan riset sebanyak 68 persen siswa SD di Jakarta sudah pernah ikut-ikutan mengakses situs porno.

Akses internet di Indonesia yang semakin luas dan terjangkau oleh semua kalangan, memberikan dampak positif dengan mudahnya berbagi informasi, jalinan komunikasi via jaringan internet serta pencarian sumber-sumber ilmu pendidikan dari berbagai situs yang disediakan via jaringan internet. Namun konten negative berupa pornografi, game online, penipuan online dan kejahatan cyber lainnya menjadi ancaman tersendiri untuk kalangan anak remaja bila tidak ada kontrol yang tepat dari orang tua. Sudah banyak kasus yang bisa kita ketahui sebagai dampak negatif itu.

b.Peran Orang tua dan Keluarga yang Berjarak dengan Anak

Serangan negatif dari bahaya internet dan dampak dunia layar ternyata tidak diimbangi dengan perhatian dan kontrol dari lingkungan keluarga terutama dari orang tua anak itu sendiri. Seiring dengan kesibukan orang tua, perhatian dan pengawasan orang tua sangat kurang terhadap anak. Anak remaja yang labil emosinya lebih asyik dan nyaman dengan kawan sebayanya sendiri atau orang diluar lingkungan keluarganya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman orang tua bagaimana memahami perkembangan anak dan bagaimana bersikap menjadi orang yang paling mengerti anaknya sendiri. Banyak kasus dewasa ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja lebih suka dan nyaman untuk mencurahkan permasalahannya dengan kawan-kawan terdekatnya daripada dengan orang tua atau anggota keluarganya sendiri. Ada jarak yang tak terlihat yang membatasi anak bisa lebih dekat dan nyaman bersama orang tuanya. Faktor tak terlihat inilah yang bisa manjadi pemicu kuat anak ramaja untuk mencari kenyaman dan kebahagiaan diluar rumah walaupun penuh resiko serta pengaruh negatif yang bertebaran.  Sebagai langkah awal yang harus dilakukan sejak dini adalah membangun pemahaman kepada orang tua agar mampu memahami perkembangan psikologis anak-anaknya dari sebelum masa pubertas dan pasca pubertas, apalagi bagi anak perempuan yang sangat rentan terhadap bahaya lingkungan sekitar dan perkembangan terknologi. Para orang tua perlu dibekali pendidikan khusus yang tidak pernah dipelajari di institusi formal manapun. Dunia Parenting mulai berkembang dewasa ini. Banyak seminar dan training yang diadakan untuk memberikan pemahaman kepada orang mengenai peran orang tua terhadap anak dalam dunia parenting.

c.Pegiat Parenting dan Memperkuat Peran Keluarga

Pada November tahun 2012 saya bersama beberapa perwakilan dari propinsi Lampung, diutus atas nama Dinas Pemuda dan Olah Raga Propinsi Lampung untuk mengikuti pelatihan Training of Trainer KEMENPORA RI di Bandung selama satu pekan. Tujuan dari acara tersebut adalah untuk mempersiapkan calon-calon trainer yang berkualitas untuk disebar

per utusan propinsi. Saya sebagai salah satu peserta pelatihan TOT KEMENPORA tersebut memiliki tanggung jawab untuk membuat tim kerja di propinsi masing-masing. Tugas dari tim kerja ini adalah untuk melakukan pelatihan dan konsultasi mengenai pendidikan kharakter, kampanye faktor anti destruktif, kampanye internet sehat ke kalangan remaja terutama di sekolah menengah pertama maupun tingkat lanjut. Saya bersama teman-teman tim kerja tersebut menamai diri dengan FKAPMEPI yaitu Forum Kader Pengembangan Moral Etika Pemuda Indonesia. Nama ini adalah kesepakatan bersama seluruh peserta di acara tersebut. Saya sebagai bagian tim kerja ini juga memberikan pelatihan dan konsultasi bersama LSM Rumah Cerdas Bandar Lampung. Saya adalah sekretaris untuk lembaga ini. Lembaga swadaya masyarakat ini dibentuk sebagai bagian wadah pelatihan kepada kalangan remaja dan pemuda. Kami dalam tim Rumah Cerdas telah banyak melakukan kunjungan-kunjungan ke sekolah sekolah di Lampung, terutama di kabupaten Lampung Tengah, Kota Metro, Kota Bandar Lampung, Pringsewu, Lampung Selatan dan Mesuji dengan agenda-agenda seperti tanggung jawab saya selaku bagian dari FKAPMEPI. Saya mensinergikan keanggotan saya di tim kerja ini dan peran saya sebagai sekretaris LSM Rumah Cerdas. Anggota lain yang tergabung dalam tim kerja ini juga gencar melakukan kunjungan dan pelatihan di sekolah-sekolah. Meskipun ada kendala terhadap evaluasi dan follow up terhadap hasil pelatihan tersebut. Saya menyadari kurangnya tim ahli secara akademis yang paham akan masalah ini. Belum ada yang bisa memberikan evaluasi dan kepakaran ilmu untuk mengurai masalah ini secara ilmiah melalui riset yang paling tidak bisa menjadi bahan solusi perbaikan kedepannya.

Karena salah satu alasan inilah saya ingin memperdalam keilmuan saya mengenai Ilmu Psikologi terutama Psikologi Pendidikan. Kedepannya saya ingin mengembangkan LSM Rumah Cerdas menjadi lembaga yang fokus terhadap riset dan penangan masalah remaja zaman sekarang dan pendidikan parenting untuk para orang tua yang memiliki kendala dengan pangasuhan anak yang dianggap “bermasalah”. Pendidikan dan pencegahan terhadap permasalahan remaja karena dampak negatif dunia layar memang tidak bisa terlepas dari peranan orang tua. Meski seharusnya di sekolah telah mengajarkan pendidikan kharakter siswa, pada kenyataannya banyaknya kasus kekerasan dunia remaja, kasus seksualitas, penggunaan obat terlarang dan sebagainya justru datang dari lingkungan sekolah itu sendiri. Saya bersama lembaga yang saya gawangi berperan sebagai mitra lembaga pendidikan termasuk sekolah yang menguatkan perannya dalam mencegah permasalahan siswa tanpa mengurangi atau meniadakan peran dan tanggung sekolah terhadap anak didiknya. Impian saya, dengan saya menimba ilmu di bidang tersebut, saya telah memiliki wadah pengembangan dan pengabdian keilmuan saya untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia.

d.Peran Konsultasi  Parenting

Berkaca dengan kondisi propinsi Lampung yang cukup mengkhawatirkan terkait kasus pornografi, kekerasan seksual, pergaulan bebas bahkan fenomena baru “cabe-cabean” menambah daftar panjang permasalahan remaja di provinsi Lampung. Saya sedikit banyak menyimpulkan bahwa fenomena ini muncul karena pengaruh teknologi informasi yang tidak diimbangi dengan pengawasan dan perhatian orang tua terhadap anak. Melihat realitas di lapangan sekarang, solusi dari akar permasalahan ini bisa diselesaikan dengan menguatkan peran orang tua dan orang-orang di lingkungan keluarga. Ilmu Parenting mungkin hal yang masih asing di masyarakat awam. Apalagi ilmu ini tidak pernah diajarkan di lingkungan sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya walaupun begitu bagi kalangan praktisi konsultan keluarga istilah ini sudah sangat familiar. Parenting dapat diartikan sebagai keorangtuaan atau pengasuhan orang tua, maksudnya adalah proses interaksi antara orang tua dengan anak. Salah satu aktifitas parenting meliputi memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak dari segala hal yang negative dan mendukungnya kea rah yang positif ketika mereka dalam proses perkembangan. Kegiatan parenting umumnya dilakukan dalam keluarga. Parenting yang baik adalah membangun relasi (hubungan) yang hangat antara orang tua dan anak melalui penerimaan (acceptance), awarness (kepedulian) dan sikap responsif (responsiveness) terhadap kebutuhan anak serta tersedianya batasan-batasan yang diwujudkan melalui tuntutan dan kontrol. Tuntutan disini maksudnya adalah anak diberikan tugas namun harus disertai dengan tanggung jawab dan konsekuensi. Sedangkan kontrol berarti orang tua harus tetap mengawasi dan mengarahkan anak.

Penerapan parenting dipengaruhi oleh pola asuh yang dianut oleh orang tua. Parenting mambantu orang tua yang memiliki “masalah” dalam pola pengasuhan terhadap anak. Hal pertama yang dilakukan bukanlah dengan langsung memperbaiki dan mengubah perilaku anak-anak. Melalui Ilmu parenting akan dibekali kepada orang tua untuk bagaimana mendidik anak secara baik dan tepat sesuai dengan kharaker dasar anak dengan memberikan pola keteladan orang tua yang baik terlebih dahulu secara konsisten dan terus menerus. Dengan bekal saya memperdalam Ilmu Psikologi Pendidikan, saya akan mengabdikan keilmuan saya dalam bentuk kegiatan riset, menjadi mitra konsultasi sekolah serta mitra konsultasi orang tua anak secara langsung melalui kerja sama tim FKAPMEPI Lampung dan LSM Rumah Cerdas Bandar Lampung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun