Alfred sang pelayan setia Bruce Waynepun sangat meragukan Batman dapat mengalahkan Superman, namun dengan filosofis Bruce Wayne menjawab, “… Keluargaku adalah keluarga pemburu.”
Dan jadilah pertarungan terdahsyat itu, sebelum dihentikan oleh Lois Lane hanya karena sebuah alasan ternyata kedua superhero itu punya nama depan ibu yang sama yaitu Martha.
Secara alur cerita film ini tidak menampilkan narasi cerita yang kuat dan logis, banyak adegan yang terjadi sekonyong-konyong. Misalnya kemunculan Diana Prince alias Wonder Woman yang diperankan Gal Gadot. Kenapa pula Gal Gadot muncul hanya karena ia mencurigai fotonya yang immortal disimpan oleh Lex Luthor.
Soal Gal Gadot juga merupakan kesalahan terbesar dalam film ini. Oke, Gal Gadot cantik dan tinggi (178 cm), namun dia tidak punya aura seseksi Lynda Carter atau Lucy Lawless. Gal Gadot hanya cantik, that’s it.
Secara sederhana yang saya tangkap, film berdurasi panjang ini menampilkan Superman dan Batman yang masing-masing salah persepsi satu sama lain, mungkin karena gak pernah nongkrong bareng sebelumnya.
Wonder Woman sekonyong-konyong muncul, sehingga sempat menjadi pertanyaan satu sama lain antara Superman dan Batman. “Siapa dia?” kata Superman.
“lho, saya pikir dia justru bersamamu,” timpal Batman.
Film ini menurut saya tidak kuat dari bangunan cerita, sehingga penonton tidak merasa dimanjakan karena tidak cukup mudah menangkap pesan yang ingin disampaikan. Teknis pertarungan di antara super hero ataupu melawan musuh yang super kuat pun terasa tanggung, meski ada kejutan yang mestinya sangat besar di akhir film, tapi jadi terkesan biasa saja.
Efek pertarungan pun terasa biasa saja cenderung datar, bahkan ketika ternyata nuklir tidak mampu membunuh Superman, pun terasa biasa saja.
Kalau boleh memberikan kata kesimpulan tentang film ini, saya ingin bilang, “oh iya, Batman ternyata memang pernah bertarung dengan Superman, tapi yah, begitu deh…”