“Siap, pak Piet. Terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk mengobrol,” kataku, seraya menyerahkan satu lembar uang lima ribuan rupiah ke sopir angkot.
Pengalaman ini sementara saya simpan sebagai hal yang mengesankan. Jika beberapa kali, saya lihat bule-bule yang dulu dianggap eksklusif dulu juga naik angkot, saat ini saya melihat hal lain, “Artis pun sah naik angkot, dan dunia memang semakin horisontal,” gumamku.
Sukses, sehat dan bahagia selalu, pak Piet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H