[caption caption="Ilustrasi: www.csmonitor.com"][/caption]Tidak ada kekuatan yang dapat berdiri abadi di bumi Sang Pemilik Kehidupan. Senin 25 Januari 2016 adalah babak baru dari kerasnya pertarungan industri otomotif di Indonesia. Di hari itu, Ford merek mobil dari Amerika Serikat, negeri yang mengklaim paling digjaya di jagad raya akhirnya memutuskan menutup operasi bisnisnya di Indonesia. Menyusul koleganya General Motors (baca: Chevrolet) yang sudah hengkang setahun sebelumnya.
Saya sendiri sudah menulis mengenai tanda-tanda kematian Ford di Indonesia beberapa kali di mobilinanews.com sejak pertengahan 2015. Artikel-artikel yang membuat saya mendapat julukan sebagai pemeran antagonis di dunia jurnalis otomotif, namun fakta akhirnya yang berbicara tentang apa yang saya tulis.
Apa indikasinya? Pertama adalah kehadiran Honda Mobilio di tahun 2014, utusan di kelas paling populer di negeri ini compact MPV alias mobil keluarga 7-penumpang untuk pembeli pemula. Kehadirannya menjadi ancaman buat duo raksasa Avanza dan Xenia.
Lalu tahun 2015 hadir sang pembunuh lainnya HR-V, mesin penjualan Honda saat ini di Indonesia. Kehadirannya seakan langsung menghilangkan jejak Ford EcoSport yang sempat begitu menawan penjualannya di awal kehadiran. Tentu saja target utama HR-V bukan EcoSport, namun sang raja duo Rush dan Terios.
Tahun 2016, ambisi Honda merajai kelas populer light SUV semakin menjadi-jadi dengan kehadiran BR-V. Hanya selang beberapa hari sejak serah terima 200 unit BR-V pertama ke konsumen, Ford langsung menyatakan hengkang. Bahkan mesin terbaik di dunia EcoBoost 1.0-L yang diterapkan di Ford Fiesta, ataupun teknologi yang bisa parkir sendiri di sedan Focus pun tidak mampu menyelamatkan Ford di Indonesia.
Yang memprihatinkan buat saya, di sana di PT Ford Motor Indonesia, ada kawan-kawan baik saya selama ini. Ada pak Bagus Susanto, Ibu Lea Kartika Indra dan Pak Gumgum Prijadi yang sudah begitu baik selama ini kepada saya dalam menjalankan tugas jurnalistik.
Saya berharap mereka dapat melalui hal ini dengan baik, dan terus melanjutkan perjuangan hidup di bumi manusia.
Pun demikian para pemilik dealer–dealer besar seperti Ford Nusantara Depok di Margonda yang baru saja di akhir tahun 2015 lalu. Semoga pemiliknya kuat dan tegar mendengar berita petir di siang hari yang terik ini.
Pun demikian para karyawan FMI dan dealer, semoga masa-masa sulit ini bisa terlalui.
Dari tanah kelahiran saya di Bugis, saya kutipkan sebait penyemangat legendaris, “Tidak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang tenang.”