Dari dialog tadi malam, saya jadi semakin paham, mengapa Prabowo pilih Hatta dan gerbongnya yang sebagian besar bermasalah. Dan kenapa pula Jokowi memilih JK sebagai calon wakilnya dibanding AS. Hatta memiliki pengalaman di pemerintahan, dia ketua PAN (yang notabene identik dengan Muhammadiyah, sebagaimana PKB identik dengan NU), lalu ada ARB yang merupakan ketum Golkar, SDA sebagai ketum PPP, dan PKS (dengan basis massa loyalis yang kuat).
Demikian pula kenapa JKW pilih JK dibanding AS. Ya, JK punya jam terbang di pemerintahan jauh lebih tinggi dibanding AS. JK juga perwakilan NU dan Indonesia Timur. JK juga mampu membantu dengan pengalamannya untuk membaca dan menelaah peta persaingan politik di Indonesia yang suhunya bisa dirasakan saat ini sangat tinggi, bahkan cenderung mulai mencekam.
Bagi saya, kedua figur capres jelas lebih mengedepankan gerbong  yang memiliki kapasitas angkut besar.
Dari dialog di tv one ini pula, saya semakin kuat dengan penilaian saya pribadi pada kedua sosok ini. Dari situ saya menyimpulkan sosok Prabowo sebagai sosok pemimpin dengan pendekatan top down, sebagai lokomotif terdepan yang menarik gerbongnya menuju kemajuan bersama. Jadi jika masyarakat pemilih di Indonesia ingin negara yang menentukan arah kemajuan negara dan Anda tinggal menikmatinya, sebaiknya memang pilih kereta 01.
Sementara Jokowi lebih kepada sosok pelayan, ini yang saya pahami. Sebagian kebijakan Jokowi yang saya pahami pula adalah hasil dari penelaan suara masyarakat. Dia adalah lebih cocok disebut sebagai sosok pelayan yang mengajak Anda berpartisipasi dalam membentuk laju maju mundurnya bangsa dan negara ini. Jadi jika ingin menginginkan figur pemimpin yang melayani dan mengajak partisipasi Anda, maka pilih kereta 02. Seperti kata sang begawan marketing Indonesia, Hermawan Kartajaya berikut (link-nya). *Salam 2 Jari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H