Raffi digambarkan sebagai sosok kakak yang dewasa bertanggungjawab dan memotivasi Nisya untuk terus maju. Raffi juga digambarkan sebagai sosok tulang punggung kehidupan keluarga, untuk ibu dan kedua adiknya, setelah papanya meninggal dunia.
Jika sudah begini, menurutku, tidak ada salahnya menjadikan kisah perjuangan Raffi sebagai bahan inspirasi hidup, terlebih jika dibanding kisah perjuangan para politikus wakil rakyat di parlemen yang menghalalkan cara demi kekuasaan.
Perjalanan pria penghibur yang kini telah berusia 27 tahun itu untuk “menjadi”, dan kini telah kaya raya laksana perjalanan anak manusia menemukan sebuah cawan keagungan. Ia berhasil mengantarkan pesan, jika hidup mestinya tidaklah harus selalu dilihat dari apa yang terjadi sekarang, namun lebih bijak melihatnya melalui sebuah rentang perjalanan yang turut membangun di belakangnya.
Kisah pernikahan Raffi juga mirip dengan kisah dongeng di masa kecilku, tentang seorang pemuda biasa yang kemudian menjadi kaya raya atas usahanya, dan berhasil mempersunting seorang putri dari keluarga kaya raya.
Bedanya, Raffi ada di dunia nyata, dan lebih riil untuk dapat menjadi inspirasi bagi kaum muda dari kalangan biasa untuk memperjuangkan kualitas hidupnya. Menurut orang – orang dekatnya pula, Raffi disebut rajin shalat tepat waktu dan tidak sombong dalam bergaul.
Seperti ungkapan Raffi, “Almarhum papa saya mengajarkan, jika ketika bertemu dengan orang yang lebih tua harus membungkukkan badan.”
Perjalanan hidup laksana mencari makna, menemukannya dan menjadikannya sebagai pelajaran hidup ke depan. Daripada merutuki, kenapa kita tidak turut berbuat sesuai peran kita, siapa tahu bisa turut menginspirasi banyak orang. Tentu saja dari kacamata pandang yang baik.
Semoga bermanfaat…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H