Keempat mahasiswa Magister Management dan Bisnis dari IPB University yaitu Jundi Qoriba, Rahmat Kahfi Ardani, Sehati Efri Berasa, dan Zaib Syahrul Mubaroq telah melakukan analisis mendalam terhadap kepemimpinan di era VUCA bagi Gen Z dan Milenial.Â
Dalam analisis kami, kami tidak hanya mengulas latar belakang mengenai apa itu era VUCA, tetapi juga membahas mengenai kepemimpinan Gen Z dan Milenial terutama dalam bidang ekonomi, serta study case yang masih hangat yaitu ketertarikan Indonesia untuk bergabung dalam BRICS.Â
Analisis kami juga membahas mengenai potensi pertumbuhan ekonomi jika Indonesia bergabung ke dalam BRICS dan apa saja keterlibatan peran bagi Gen Z dan Milenial. Â
Era VUCA
Di tengah dunia yang terus berubah dengan cepat, tantangan masyarakat dunia tidak lagi sekadar soal stabilitas dan ketahanan semata, melainkan kemampuan membaca peluang dalam ketidakpastian.Â
Dalam beberapa dekade kebelakang, berbagai negara dihadapkan pada tantangan berupa Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA) yang menuntut kepemimpinan adaptif dan inovatif.Â
Kondisi ketidakpastian global ini, para pemimpin harus mampu membaca perubahan dan mengelola risiko dengan cepat.Â
Ketidakpastian yang menyertai perubahan zaman menuntut fleksibilitas dalam merespons tantangan, karena perubahan yang cepat kerap kali mempengaruhi arah kebijakan dan strategi sebuah bangsa.
Kepemimpinan Gen Z dan Milenial
Di sisi lain, kepemimpinan sebuah bangsa selalu diwariskan antar-generasi dengan peluang dan tantangan unik di setiap masa.Â
Generasi saat ini, misalnya, harus menghadapi digitalisasi, keberlanjutan, dan ketidakpastian global yang memerlukan pendekatan baru, namun tetap berakar pada visi jangka panjang.Â
Pemimpin muda yang paham teknologi, inklusif, dan responsif terhadap keberagaman, mampu membawa bangsa lebih jauh dan kompetitif dalam persaingan global.Â
Mempersiapkan generasi pemimpin selanjutnya untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian menjadi tugas bersama.Â
Kepemimpinan antar-generasi adalah proses kesinambungan yang butuh kesiapan untuk menghadapi era baru dengan keterampilan yang relevan. Dengan visi yang jelas, keberanian berinovasi, dan tanggung jawab terhadap masa depan, bangsa dapat mengubah tantangan di era VUCA menjadi peluang kemajuan.
Pada tahun 2045, Indonesia akan genap berusia 100 tahun dan selanjutnya tongkat kepemimpinan akan di pegang oleh generasi muda yang berasal dari Gen Milenial dan Gen Z. Â
Gen Milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1981 -- 1996. Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997 -- 2012. Beberapa karakteristik antara dua generasi tersebut yang cukup mumpuni untuk menghadapi era Vuca adalah:
Gen Milenial dan Gen Z merupakan generasi yang sudah melek dengan dunia digital. Meskipun Gen Z sedari dini sudah lebih awal terpapar teknologi dibanding Gen Milenial tetapi kedua generasi tersebut sudah cukup familiar dengan penggunaan perangkat teknologi.Â
Hal ini membuat mereka mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Melalui teknologi, mereka juga mampu mendapatkan banyak informasi dari berbagai media yang tersedia.
Gen Milenial dan Gen Z adalah generasi yang cenderung lebih inovatif dan kreatif. Kedua generasi tersebut secara alamiah dihadapkan pada kondisi untuk terus berinovasi dan berpikir kreatif agar mampu mengikuti perubahan yang terjadi secara cepat.Â
Mereka juga mampu berperan aktif dalam berbagai macam bidang dan menjadi pemimpin di usia yang cukup muda. Â
Indonesia Gabung BRICS
Berkaitan dengan peran Gen Milenial dan Gen Z di masa depan, belum lama ini terdapat sebuah berita bahwa Indonesia berkeinginan bergabung menjadi bagian dalam BRICS.Â
Satu minggu setelah resmi dilantik, Menteri Luar Negeri, Sugiono, hadir dalam KTT BRICS di Rusia dan mengutarakan keinginan Indonesia bergabung dengan blok ekonomi tersebut.Â
Menurut Menlu Sugiono, keinginan Indonesia bergabung ke dalam BRICS merupakan pengejawantahan dari politik luar negeri yang bebas aktif. Indonesia ingin aktif di berbagai forum dunia.Â
Prioritas BRICS di bidang ekonomi dan ketahanan pangan sejalan dengan program kerja Kabinet Merah Putih. Lantas apa itu BRICS? apa saja manfaat bagi pemimpin masa depan jika Indonesia bergabung dengan BRICS khususnya dalam bidang ekonomi?
Istilah BRIC pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O'Neill, pada tahun 2001. Ia menciptakan akronim ini untuk merujuk pada Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok, yang diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi global pada tahun 2050.Â
Pada 2006, para menteri luar negeri dari keempat negara ini mengadakan pertemuan pertama mereka di New York City di sela-sela Majelis Umum PBB, yang memulai kolaborasi formal antar negara BRIC.Â
Pertemuan tingkat tinggi pertama yang dihadiri oleh para pemimpin dari masing-masing negara berlangsung pada 16 Juni 2009 di Yekaterinburg, Rusia.Â
Dalam pertemuan ini, mereka fokus pada isu-isu ekonomi global dan reformasi lembaga keuangan internasional untuk meningkatkan kerja sama di masa mendatang.
Afrika Selatan bergabung dengan kelompok ini pada akhir 2010, menambah huruf "S" dalam akronim sehingga menjadi BRICS. Setelah menerima undangan resmi dari Tiongkok, Afrika Selatan secara resmi menjadi anggota pada 24 Desember 2010.Â
Masuknya Afrika Selatan melambangkan perluasan kelompok untuk mengakomodasi negara berkembang lainnya, memperkuat posisi BRICS sebagai aliansi yang berfokus pada pembangunan ekonomi dan keadilan global dalam menghadapi dominasi ekonomi negara-negara maju.
Potensi BRICS Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Bergabungnya Indonesia dengan BRICS diprediksi dapat membuka peluang ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.Â
Salah satu dampak positifnya adalah kesempatan untuk memperluas pasar ke negara-negara anggota BRICS, yang mencakup perekonomian besar seperti Tiongkok, India, dan Rusia.Â
Aliansi ini akan mempermudah akses perdagangan, meningkatkan ekspor, dan memperkuat posisi tawar Indonesia dalam negosiasi perdagangan global.Â
Dengan demikian, Indonesia memiliki kesempatan untuk menyeimbangkan ketergantungan pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor.
Dari sudut pandang investasi, BRICS menyediakan peluang bagi Indonesia untuk memperoleh pendanaan dari negara anggota lainnya yang memiliki kapital besar, seperti Tiongkok.Â
Investasi ini dapat dialirkan ke berbagai sektor strategis, termasuk infrastruktur, energi, dan teknologi. Ini sejalan dengan prioritas Indonesia untuk mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dan kemandirian energi.Â
Kerja sama dengan negara-negara BRICS diharapkan membantu Indonesia dalam mengatasi defisit infrastruktur dan memperkuat daya saing industri dalam negeri
Meski begitu, bergabung dengan BRICS juga memiliki tantangan, seperti risiko ketergantungan yang berlebihan pada aliansi ini atau potensi tekanan dari negara-negara Barat yang mungkin tidak sepenuhnya mendukung kebijakan ekonomi independen Indonesia.Â
Untuk itu, Indonesia perlu mengelola hubungan secara hati-hati agar tetap menjaga kebijakan luar negeri yang bebas aktif. Selain itu, pemerintah harus memperhatikan risiko ekonomi dan mengelola dampak potensial dari fluktuasi ekonomi global yang mungkin dipengaruhi oleh kondisi negara-negara BRICS.
Keterlibatan Gen Z dan Milenial Pada BRICS (Ekonomi)
Berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, generasi muda dengan keterampilan tinggi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.Â
Kreativitas dan inovasi kewirausahaan muncul dari pemikiran-pemikiran generasi muda yang terus berkembang selaras dengan era transformasi digital saat ini.Â
Generasi muda sudah tidak asing lagi ketika mendengar kata "teknologi informasi dan digital". Karena keseharian generasi muda saat ini tidak luput dari teknologi digital sehingga tidak sedikit di kalangan mereka yang memiliki keahlian dibidang teknologi dan digital.Â
Dengan keahlian di bidang teknologi dan digital, mereka dapat mempercepat transformasi digital di berbagai sektor, termasuk e-commerce, fintech, dan layanan kesehatan.Â
Pada era transformasi digital saat ini, generasi milenial dan Z memiliki preferensi yang dapat mempengaruhi pasar. Mereka cenderung mendukung produk yang berkelanjutan dan etis, mendorong perusahaan untuk beradaptasi.Â
Generasi ini lebih peka terhadap isu sosial dan lingkungan, sehingga mereka dapat mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik berkelanjutan dan berkontribusi pada tanggung jawab sosial.Â
Selain itu, generasi muda memiliki jaringan internasional yang luas, yang dapat membantu Indonesia dalam memperkuat hubungan dengan negara-negara BRICS, serta dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi.
Berikut adalah beberapa contoh peran dan fungsi generasi muda di sektor ekonomi Indonesia khususnya di bidang kewirausahaan yang nantinya menjadi bekal untuk memperkuat ekonomi Indonesia ketika bergabung di BRICS
- Pendiri Startup: Gojek didirikan oleh generasi muda, menawarkan solusi transportasi dan pengiriman yang inovatif, serta memperkenalkan model bisnis berbasis aplikasi.
- E-commerce: Tokopedia dan Bukalapak yang didirikan oleh pemuda, memfasilitasi perdagangan online dan memberikan peluang bagi para penjual lokal untuk menjangkau konsumen lebih luas.
- Produksi dan Penjualan Produk Kreatif: Ria Miranda (fashion) dan Kriya (handmade crafts) yang memperkenalkan produk lokal ke pasar domestik dan internasional.
- Pendidikan dan Pelatihan: Generasi muda mengadakan workshop atau seminar kewirausahaan, seperti program Young Entrepreneurs dan Ruang guru perusahaan rintisan digital asal Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan nonformal.
Kesimpulan
Berbagai negara dihadapkan pada tantangan berupa Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity (VUCA) yang menuntut kepemimpinan adaptif dan inovatif.Â
Pemimpin muda yang paham teknologi, inklusif, dan responsif terhadap keberagaman, mampu membawa bangsa lebih jauh dan kompetitif dalam persaingan global. Gen Milenial dan Gen Z adalah generasi yang lebih inovatif dan kreatif dalam menghadapi era VUCA.Â
Ketertarikan Indonesia untuk bergabung menjadi anggota BRICS akan meningkatkan politik luar negeri bebas aktif. Aliansi ini akan mempermudah akses perdagangan, meningkatkan ekspor, dan memperkuat posisi tawar Indonesia dalam negosiasi perdagangan global.Â
Peran dan fungsi generasi muda di sektor ekonomi khususnya sebagai calon pemimpin masa depan perlu dilibatkan secara aktif dan memiliki kontribusi nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H