Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah menjadi sebuah perwujudan nyata dari semangat pengabdian mahasiswa kepada masyarakat di Indonesia. Bentuk kegiatan ini melibatkan mahasiswa dalam pendekatan lintas keilmuan dan sektoral, dilakukan pada waktu dan di daerah tertentu di Indonesia. Bahkan, pentingnya KKN diakui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia yang mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk mengintegrasikan KKN sebagai bagian dari kegiatan intrakurikuler, menggabungkan aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sejarah panjang Universitas Gadjah Mada (UGM) juga menceritakan peran penting KKN dalam pengabdiannya kepada masyarakat. Sejak berdirinya pada 19 Desember 1949, UGM telah menunjukkan komitmen terhadap pendidikan dan pengabdian. Pada awal periode berdirinya, UGM mengirimkan mahasiswa sukarelawan untuk mendirikan sekolah menengah atas di luar Jawa, yang menghasilkan pendirian 109 sekolah di pulau-pulau terpencil. Selain itu, pada era 1960-an, mahasiswa fakultas terkait kesehatan aktif terlibat dalam penanganan berbagai wabah penyakit menular, menunjukkan peran aktif UGM dalam mendukung kesehatan masyarakat.
Perjalanan pengabdian UGM tak berhenti di situ. Pada tahun 1964, fokus KKN beralih ke sektor pertanian. Mahasiswa dari fakultas terkait pertanian dikirimkan ke desa-desa di Jawa dan Sumatera, bertujuan untuk memasyarakatkan konsep "revolusi hijau" dan meningkatkan produksi beras melalui pembentukan demonstration plot.
Pada tahun 2023, semangat pengabdian tersebut masih terus berlanjut. KKN-PPM UGM Unit YO-065 mengambil inisiatif untuk membangun Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan di Caturtunggal, Depok, dan Sinduadi, Mlati. Melalui empat subunit yang dibentuk, termasuk subunit Pogung, kegiatan-kegiatan seperti cegah pilah, pendataan, dan pengelolaan sampah dilaksanakan dengan tujuan membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan mereka. Subunit Pogung sendiri memiliki program-program unik yang turut mewarnai upaya pengabdian ini. Lantas apa saja program kerja yang dilaksanakan oleh subunit Pogung? Berikut beberapa diantaranya
Pemilahan Sampah Idul Adha
Menyambut perayaan Hari Raya Idul Adha, kami melaksanakan program KKN yang turut berperan dalam membersihkan dan mengelompokkan sampah di sekitar area penyembelihan hewan kurban. Dalam kegiatan tersebut, kami secara cermat memilah jenis sampah, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Bahkan, kami melakukan pemisahan yang lebih rinci, seperti memilah sampah plastik transparan dan berwarna secara terpisah. Dampak positif dari kegiatan ini terasa oleh warga setempat, yang kemudian mulai menerapkan kebiasaan dalam memilah sampah.
Pelatihan Losida, Ember Tumpuk, Pupuk Organik, dan Eco Enzyme
Program berikutnya dalam rangkaian kegiatan kami adalah mengenai pengelolaan sampah organik. Kami dengan antusias memberikan sosialisasi dan panduan praktis tentang cara membuat losida, ember tumpuk, dan Eco enzim. Acara sosialisasi dan pelatihan ini berlangsung di gedung serbaguna Pogung, dihadiri oleh para ibu rumah tangga yang memiliki peran penting dalam mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sehari-hari. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan mereka dapat lebih terampil dalam mengelola sampah organik di rumah tangga masing-masing.
Bagi yang belum tahu apa itu eco-enzyme, losida, dan ember tumpuk, berikut penjelasan singkatnya:
Eco-Enzyme merupakan cairan multifungsi yang dihasilkan melalui proses fermentasi campuran sisa sampah organik, seperti buah-buahan, sayuran, gula merah tebu, dan air. Keberagaman manfaat dari eco-enzyme meliputi penggunaannya sebagai pupuk tanaman, pembersih kloset, pengusir tikus, sabun cuci piring, pembersih sayuran, obat kumur, dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga yang disebut dengan Losida. Dengan menggunakan lodong atau pipa yang ditanam dalam tanah, sampah organik tersebut dapat diubah menjadi kompos. Fungsi kompos ini tidak hanya menggemburkan tanah, tetapi juga memberi manfaat bagi pertumbuhan tanaman dan pepohonan di sekitarnya.
Adapun ember tumpuk adalah komposter sederhana yang terbuat dari penyatuan dua buah ember. Metode ini sangat efektif untuk mengolah limbah organik atau sampah dapur rumah tangga. Ember tumpuk bisa dibuat dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh serta peralatan sederhana. Pengolahan sampah menggunakan ember tumpuk juga dapat melibatkan larva Hi (Hermetia illucens) dalam skala rumah tangga untuk proses pengomposan yang lebih efisien.