Mohon tunggu...
Bare minimum writer
Bare minimum writer Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

The past is just a story we tell ourselves -Samantha-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Negara Apa yang Paling Enak Ditinggali?

19 Oktober 2022   16:00 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:06 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Werner Sevenster on Unsplash   

Setiap orang mempunyai mimpinya tersendiri. Namun, terlepas dari itu, kita semua mempunyai satu impian yang sama, yakni untuk tinggal di negara terbaik. 

Tapi, apa yang membuat suatu negara menjadi negara paling baik untuk ditinggali. Apakah tingkat harapan hidupnya yang tinggi? Cuacanya yang enak atau malah makanannya yang enak?

Terlepas dari preferensi setiap orang yang berbeda-beda, ternyata ada satu tolok ukur atau alat yang biasanya digunakan untuk menilai apakah suatu negara termasuk negara yang enak untuk ditinggali atau tidak. Dan alat ukur itu dinamakan GDP atau Gross Domestic Product.

Apa Itu GDP?

Gross Domestic product (GDP) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut Pendapatan Domestik Bruto (PDB)  adalah suatu istilah yang diperkenalkan oleh seorang ekonom bernama Simon Kuznetz pada tahun 1930-an. Istilah tersebut digunakan untuk mengukur tingkat ekonomi suatu negara dengan angka tunggal yang mudah dimengerti.

Selama hampir 70 tahun terakhir, pemerintah di setiap negara selalu menggunakan angka PDB untuk menjawab seberapa sejahtera negaranya Itu. Selain itu, PDB juga memiliki pengaruh yang besar terhadap hal-hal lain seperti bursa saham, pemilu, hingga kebijakan pemerintah.

PDB adalah total nilai moneter dari semua hal yang diproduksi atau dijual oleh suatu negara. PDB Perkapita adalah total PDB dibagi dengan jumlah orang yang tinggal di suatu negara. Sampai saat ini, PDB Perkapita selalu dipakai sebagai alat ukur kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu negara.

Apakah GDP Menggambarkan Kemakmuran Suatu Negara? 

Walaupun disebutkan di awal bahwa PDB banyak digunakan oleh pemerintah untuk mengukur tingkat kesejahteraan negaranya. Namun, pada kenyataanya PDB tidak dapat secara langsung menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu negara. 

Hal Ini diakibatkan karena PDB tidak memperhitungkan barang apa yang diproduksi oleh suatu negara atau siapa yang dapat mengakses barang tersebut. Sarana dan prasarana sosial seperti sekolah negeri atau layanan kesehatan masyarakat tidak dihitung nilainya dalam PDB karena fungsinya bukan untuk dijual, namun untuk melayani masyarakat. 

 Hal yang sama juga berlaku apabila sebuah negara mempunyai banyak kekayaan dan aset, tetapi sebagian besar kekayaan tersebut hanya dimiliki oleh sekelompok orang. Jika memang demikian, maka PDB perkapita memberikan gambaran yang tidak akurat mengenai pendapatan yang dimiliki oleh setiap orang.

Meskipun demikian, dalam jangka waktu yang lama, PBB yang tinggi akan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya pula. Fenomena tersebut terjadi di beberapa negara. 

Di negara-negara barat dari tahun 1945 sampai 1970, PBD mereka naik 2 hingga 4 kali lipat, dan kenaikan dari PDB ini menyebabkan peningkatan pendapatan yang diterima masyarakat di negara tersebut secara proportional. 

Hal tersebut berubah sejak tahun 1980, dimana kekayaan suatu negara semakin meningkat, namun pendapatan setiap orang berhenti meningkat. Bahkan, dalam kasus tertentu menurun. Hal ini disebabkan karena sebagian besar kekayaan yang ada hanya dikuasai segelintir orang.

Alternatif GDP? GNH 

Seperti dibahas di awal, PDB sering digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu negara. Namun, alat ukur itu tidak sepenuhnya dapat menggambarkan hal tersebut.

Oleh karena itu, terdapat beberapa orang yang mengusulkan ide untuk mengganti PDB dengan alat ukur lain.  Salah satu tokoh tersebut yakni Raja Jigme Singye Wangchuk dari Bhutan.

 Ia menyarankan agar negara-negara mengganti PDB dengan Gross National Happiness (GNH) atau Kebahagiaan Nasional Bruto (KNB). KNB merupakan suatu alat ukur yang memperhitungkan juga faktor-faktor lain seperti kesehatan, standar hidup, serta komunitas atau masyarakat yang kuat. 

Pada KNB masyarakat diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan seperti seberapa bahagiakah keluarga kamu sekarang, bagaimana harimu kemarin, hingga seberapa tahu kamu mengenai nama hewan liar serta tumbuhan yang ada di sekitar kamu.

Namun meskipun demikian, Indeks Pembangunan Manusia PBB lebih banyak dipakai untuk memperhitungkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Dalam Indeks ini faktor-faktor yang diperhitungkan diantaranya pendapatan perkapita dan kesehatan.

Jadi Apa Negara Terbaik Untuk Ditinggali?

Meskipun tidak ada satupun negara yang dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya secara sempurna, juga menggunakan sumber daya yang ada secara berkelanjutan. Tetapi, terdapat suatu negara yang paling mendekati kondisi tersebut. Negara tersebut yakni Kosta rika. 

Dalam beberapa tahun terakhir Kosta rika bisa meningkatkan serta memperbaiki perekonomian dan standar hidup negaranya tanpa menambah atau mengeluarkan emisi yang banyak. 

Bahkan angka harapan hidup di sana lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara terkaya di dunia. Selain Kosta rika, negara-negara lain seperti Kolombia dan Yordania pun menunjukkan hasil yang sama.

Pada akhirnya, yang menentukan apakah suatu negara merupakan negara paling baik untuk ditinggali atau tidak, tergantung dari seberapa banyak faktor yang diperhitungkan dalam angka atau nilai tersebut. 

Dan tentu saja, ketika ditanya negara mana yang paling enak untuk ditinggali, jawabannya tergantung dari kepada siapa kamu bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun