3. Ketergantungan pada Pangan Impor
  Seiring dengan meningkatnya permintaan pangan di daerah perkotaan, Indonesia semakin mengandalkan pangan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Data BPS 2023 menunjukkan bahwa pada tahun 2022, Indonesia menghabiskan lebih dari USD 18,6 miliar untuk impor pangan, dengan komoditas terbesar yang diimpor adalah gandum, daging sapi, dan produk berbasis kedelai. Ketergantungan ini menciptakan kerentanannya terhadap fluktuasi harga pangan global dan gangguan pasokan internasional.
  Ketergantungan yang tinggi pada pangan impor berpotensi membahayakan ketahanan pangan Indonesia, terutama jika terjadi gangguan distribusi atau lonjakan harga pangan di pasar global.
4. Keterbatasan Infrastruktur Pangan
  Meskipun jumlah penduduk di perkotaan semakin besar, infrastruktur pangan dan distribusinya belum sepenuhnya memadai. FAO (2023) mencatat bahwa Indonesia menghadapi masalah dalam rantai pasokan pangan, dengan distribusi yang tidak efisien dan mahal. Salah satu contoh masalah distribusi pangan adalah tingginya biaya transportasi yang membuat harga pangan di kota-kota besar menjadi lebih mahal.
  Ketidakmampuan untuk mendistribusikan pangan secara efisien antara daerah penghasil dan konsumen menyebabkan harga pangan di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, terus naik. Hal ini dapat memperburuk aksesibilitas pangan bagi penduduk perkotaan, terutama bagi kelompok berpendapatan rendah.
Strategi Menghadapi Dampak Urbanisasi terhadap Ketahanan Pangan
1. Peningkatan Produksi Pangan Berkelanjutan di Perkotaan
  Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada pangan impor adalah dengan meningkatkan produksi pangan lokal melalui pertanian perkotaan. Program pertanian vertikal, hidroponik, dan pemanfaatan pekarangan rumah untuk kebun pangan dapat memperkuat ketahanan pangan di perkotaan. Di Jakarta, misalnya, beberapa komunitas telah memanfaatkan lahan terbatas untuk menanam sayuran dan tanaman pangan lainnya dengan teknologi pertanian urban.
2. Diversifikasi Sumber Pangan Lokal
  Diversifikasi konsumsi pangan sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas impor. Pemerintah dapat mendorong konsumsi pangan lokal yang lebih beragam dan bergizi, seperti ubi, jagung, dan kelapa, serta memperkenalkan produk pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi dan mudah diproduksi di dalam negeri.
3. Peningkatan Infrastruktur Distribusi Pangan
  Untuk memastikan pangan dapat tersebar secara merata dan terjangkau di seluruh perkotaan, perlu ada investasi besar dalam infrastruktur distribusi pangan. Pembangunan pasar modern, penguatan jaringan distribusi, dan peningkatan teknologi informasi dalam sektor pangan dapat meningkatkan efisiensi rantai pasok pangan, menurunkan biaya distribusi, dan memastikan harga pangan yang lebih terjangkau.
4. Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Ketahanan Pangan
  Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang mendukung ketahanan pangan, seperti subsidi pangan untuk masyarakat berpendapatan rendah, pengembangan pertanian berkelanjutan, dan pengurangan konversi lahan pertanian. Kebijakan yang berpihak pada sektor pertanian akan membantu menjaga produksi pangan domestik dan memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
Jadi, Urbanisasi di Indonesia membawa tantangan besar terhadap ketahanan pangan. Proses urbanisasi yang cepat memperburuk ketergantungan pada pangan impor, mengurangi lahan pertanian, dan mengubah pola konsumsi pangan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan yang tepat dan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produksi pangan lokal, memperbaiki infrastruktur distribusi pangan, dan mengurangi ketergantungan pada pangan impor. Dengan tindakan yang tepat, Indonesia dapat menghadapi tantangan urbanisasi dan memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H