"Nafsu makan dan tidur anak sering kali merupakan tanda pertama bahwa segalanya tidak beres," kata Natasha Daniels, seorang spesialis anak muda. "Seringkali seorang anak akan menunjukkan peningkatan tajam atau penurunan nafsu makan."
3. Masalah Tidur
Selama tertekan, pola tidur juga dapat berubah. "Perhatikan apakah anak Anda tidur sepanjang hari atau sebaliknya mengalami kesulitan tidur atau tertidur," ungkap Daniels.
Gangguan tidur sering terjadi pada masa-masa sulit sehingga anak-anak mungkin mengalami masalah tidur, terbangun di malam hari atau berbagai kelainan lainnya.
4. Perubahan suasana hati
Perilaku yang harus diketahui terdiri dari ledakan kemarahan, putaran tangisan tak terduga, kesedihan, ketidaksabaran, kehilangan gairah dalam tugas-tugas yang disukai serta berpisah dari yang lain. Anak-anak yang gelisah kemungkinan besar benar-benar merasa lebih gugup, sementara mereka yang bermasalah mungkin memiliki lebih banyak ledakan biasa.
"Cari perubahan dalam temperamen atau suasana hati normal mereka dan ingatlah bahwa stres membuat suasana hati Anda lebih normal lagi," kata Craig A. Knippenberg, seorang spesialis serta penulis Wired and Connected: Brain-Based Solutions To Ensure Your Child's Social and Emotional Success
5. Keluhan somatik
Anak-anak mungkin memiliki lebih banyak keluhan sakit kepala, sakit perut, dan lebih sedikit energi. Ini nyata, tetapi kemungkinan bukan karena alasan medis melainkan karena beban pikiran yang mereka miliki.
Kondisi tersebut,apabila tidak diatasi akan menyebabkam hal yang lebih fatal. Melihat fenomena masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak dan remaja di Indonesia pada masa pandemi, diperlukan upaya strategis dalam mengevaluasi sistem PJJ sekaligus memberikan dukungan kesehatan mental bagi anak dan remaja. Dukungan kesehatan mental bagi anak dan remaja sangat penting dikarenakan agar anak tidak terlalu tertekan dengan pembelajaran yang sedang dialami. Seperti guru dan orang tua juga harus lebih memperhatikan siswa dan anaknya.Menjalin kontak dan komunikasi, serta hadir secara fisik dan psikologis, dapat menjadi dukungan psikososial awal yang menguatkan. Selain itu siswa sendiri bisa meluangkan waktu (me time) untuk fokus terhadap hal hal yang kiranya dapat mengurangi stress seperti melakukan hobby dengan cara menonton atau pergi berlibur dengan sesuai protokol kesehatan dan lain lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H