Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khalifah Islam Dalam Jejak Digital

1 Februari 2021   06:54 Diperbarui: 1 Februari 2021   13:56 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencari jejak khalifah Islam melalui media digital  memang rentan perbenturan. Beberapa waktu silam, Wikipedia memunculkan nama Khalifah Hazrat Mirza Masroor Ahmad sebagai jawaban dari pencairan khalifah saat ini dengan pertanyaan who is the current caliph di mesin pencarian google. Beliau tidak lain adalah khalifah kelima dari organisasi muslim Ahmadiyah.

Kiprah organisasi ini sebenarnya sudah banyak tercium harumnya oleh banyak kalangan. Tentunya, hal itu tak luput dari titah Sang Khalifah. Bukan hanya untuk internal mereka saja, namun khalifah ini juga menasihatkan misi menjaga perdamaian di antara negara-negara di dunia. Bukan hanya satu, Ahmadiyah faktanya sudah tersebar di 220 negara per bulan Juli 2020 lalu.

Sejak didirikan Tahun 1889 di Qadian, jemaat ini terus berkembang dan senantiasa mengusung misi perdamaian khas Islam. Love for All Hatred for None, adalah moto yang senantiasa mereka gaungkan, sebagai bentuk toleransi kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Tak terkecuali, untuk mereka yang berbeda keyakinan.

Organisasi yang melanjutkan sistem khilafat ini memang sering diserang kabar miring tak ubahnya kaum minoritas yang lain. Meski demikian, di bawah satu komando khalifah Ahmadiyah, misi kemanusiaan dan perdamaian yang diusung jemaat ini justru semakin merebak. Bahkan, Khalifah Hazrat Mirza Masroor Ahmad beberapa kali hadir dalam pertemuan internasional di banyak negara, untuk menyampaikan pesan penting kepada para pemimpin dunia.

dokpri ahmadiyah.id/Khalifah Ahmadiyah
dokpri ahmadiyah.id/Khalifah Ahmadiyah

Salah satunya adalah ketika pemimpin internasional mereka menyampaikan pidato di Markas UNESCO di Paris pada 8 Oktober 2019. Khalifah Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan beberapa poin penting yaitu:

1. Pentingnya pendidikan untuk anak perempuan;

2. Akses pada pendidikan merupakan kunci menuju perdamaian dunia;

3. Tidak ada kontradiksi antara sains dan agama; dan

4. Al-Qur'an adalah pedoman yang telah mengilhami umat Islam untuk meraih kemajuan intelektual dan pengetahuan.

Muslim hakiki yakin dengan kuat bahwa semua manusia terlahir sama dan tanpa membeda-bedakan keyakinan. Nilai-nilai saling menghormati dan toleransi harus tertanam kuat dalam masyarakat. (Hazrat Mirza Masroor Ahmad)

Dalam acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi negara dan para diplomat itu, Khalifah Ahmadiyah menyampaikan pentingnya pendidikan bagi seluruh masyarakat. Pendidikan merupakan sarana penentu bagi stabilitas keamanan negara menuju perdamaian dunia, dan Islam adalah agama yang tidak membedakan hak pendidikan terhadap perempuan dan laki-laki.

Mencermati pesan-pesan tersebut, memunculkan segurat makna yang mendalam akan ajaran kebaikan yang diusung oleh organisasi ini. Sistem khilafat pernah menjadi sebuah kata yang menggemparkan di negara kita, dan identik sekali dengan tindakan makar dan radikalisme. Namun, tidak demikian halnya yang terjadi pada sistem khilafat Ahmadiyah.

Khalifah yang memimpin jemaat ini adalah pimpinan rohani, yang tetap meminta para anggotanya untuk tunduk kepada peraturan negara-negara tempat mereka bermukim. Dalam nasihatnya, cintah tanah air dan patuh kepada pemerintah adalah bagian dari keimanan seseorang. Patuh kepada pemerintah, adalah manisfestasi ketaatan seorang muslim kepada Allah Taala.

Selain itu, tercermin dari pesan-pesan Hazrat Mirza Masroor Ahmad, bahwa komunitas muslim ini pun menjunjung tinggi nilai kesetaraan gender dan toleransi untuk umat manusia. Beliau menegaskan bahwa Islam bukanlah ajaran yang merendahkan derajat perempuan sebagai kaum terbelakang yang tidak perlu berpendidikan tinggi.

www.freepik.com/ilustrasi 'racial tolerance'
www.freepik.com/ilustrasi 'racial tolerance'
Dengan demikian, menjadi tugas dan kewajiban seluruh umat Islam untuk memperhatikan keadaan di sekitar kita, manakala kita masih menemukan anak-anak yang belum mengenyam bangku pendidikan. Di sinilah nilai toleransi itu bersemai, ketika kita memperhatikan hak orang lain tanpa membedakan latar belakang suku, ras, agama, budaya, atau apapun.

Setiap manusia terlahir tanpa pernah request menjadi ras apa, di tengah budaya yang bagaimana, dan setinggi apa pendidikan keluarganya. Jika begitu, mengapa perbedaan sudut pandang urusan agama saja, manusia mendadak murka seolah dialah yang pernah menciptakan semuanya. Khalifah Islam Ahmadiyah, faktanya, telah memberi kita contoh bagaimana seharusnya hidup berdampingan sebagai manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun