Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keterbukaan, Cara Ahmadiyah Dinginkan Fitnah

7 Oktober 2019   08:53 Diperbarui: 7 Oktober 2019   09:18 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar koleksi pribadi

Dan benar saja, sebuah buku yang berisi kumpulan riset ilmiah beberapa peneliti, yang notabene bukan anggota jemaat ahmadiyah, memaparkan sistem kekhalifahan dalam jemaat ini yang hanya mengikuti bayang-bayang kenabian sebagai pedoman hidup. 

Sama sekali bukan menginginkan kekhalifahan sebagai sebuah kedaulatan mutlak untuk menggantikan sistem kenegaraan yang sah, di mana pun mereka berada. Dan hal ini, menurut informasi dari pelapak juga, adalah nasihat dari Huzur (sebutan untuk khalifah ahmadiyah -- pen) untuk seluruh jemaatnya.

Satu hal lagi yang bagi saya menarik adalah, sebuah kitab Alquran yang juga turut dipamerkan. Dalam hati saya bertanya, 'kenapa harus memamerkan Alquran?'. Kan sudah jelas kitab suci agama Islam adalah Alquran, apa lagi yang harus dijelaskan?

Pertanyaan saya pun terlontar sederhana. "Ada yang berbeda dari Alquran yang itu?". Jawabannya pun sama simpelnya. "Tidak ada."

Sepertinya mas-mas penjaga lapak sedikit membaca kerutan di kening saya. Sampai akhirnya mereka menjelaskan bahwa tidak sedikit dari masyarakat yang belum sepenuhnya menerima keberadaan mereka. 

Alih-alih melakukan tabayyun, tidak sedikit yang justru langsung membentuk dan menggiring opini tentang kesesatan ahmadiyah, salah satunya melalui pemberitaan bahwa mereka tidak berpedoman pada kitab suci Alquran, melainkan memiliki kitab sucinya sendiri.

Bukan hanya itu, beberapa poin penafsiran tentang kedatangan imam mahdi juga kerap menjadi perbincangan hebat di beberapa kalangan pengamat. Tapi hal itu tidak terlalu membuat saya terusik, karena berkeyakinan Islam bagi saya adalah sekadar cara untuk memperbaiki diri, bukan menghakimi. Satu-satunya yang perlu saya berikan penghakiman mendalam adalah, apakah saya sendiri sudah benar-benar berislam?

Di akhir penjelasan, sebelum saya meninggalkan stan jemaat ahmadiyah karena matahari mulai menyengat, ajakan damai dalam tubuh mereka sebenarnya bukan sekadar slogan belaka. 

Kalimat itu adalah roh penyemangat bagi setiap anggota ahmadiyah, bahwa sedalam apapun fitnah yang dihantamkan, para ahmadi tetap harus berpegang teguh pada ajaran untuk berdakwah dengan damai, santun, dan mengedepankan ilmu di atas ego untuk sebatas memenangkan perdebatan.

Saya meninggalkan 'lapak damai' ini dengan senyuman dan sebuah pelajaran. Andai pun mereka tetap dianggap sekte sesat, tapi pesan Islam damai demikian apik disampaikan, yang justru mulai jarang terdengar dari organisasi lain yang juga mengaku paling Islam. 

Jemaat Ahmadiyah Cabang Semarang sudah demikian membuka diri dengan sangat santun kepada khalayak, dan ini adalah sebuah langkah yang sangat positif untuk ditanggapi dengan cara yang elegan dan tak kalah santun bagi mereka yang ingin tabayyun. Apa salahnya bertanya, daripada langsung percaya dari berita belaka.

Love for All, Hatred for None.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun