Belum beranjak ingatan kita pada Will Connolly yang telah berani memecahkan telur di kepala senator Australia Fraser Anning. William yang kemudian mendapat julukan 'The Egg Boy' pun mencuitkan alasannya melakukan tindakan tersebut sebagai sebuah keberanian melawan statement Anning, yang sebelumnya lebih dulu memberikan pernyataan terkait pembantaian sadis jamaah salat jumat di dua masjid di New Zealand oleh teroris bernama Brenton Tarrant.
Alih-alih menyampaikan empati atas insiden tersebut, Anning justru melempar kesalahan kepada pemerintah New Zealand yang telah membuka keran masuknya imigran muslim ke negaranya. Pada pernyataan-pernyataan sebelumnya, Fraser Anning juga kerap menyamakan Islam dengan teroris, dan menyatakan penolakan sikapnya untuk menerima imigran muslim membanjiri negaranya.
Fraser Anning, barangkali termasuk satu dari banyak bangsa yang terjangkit Islamofobia. Wabah penyakit yang mulai merebak dengan akut pasca tragedi 911. Beberapa kejadian terorisme yang dilakukan dan menghasilkan seseorang, yang kebetulan, beragama Islam sebagai pelakunya, telah memberikan sebuah stigma paten bahwa Islam adalah teroris, agama Islam mengajarkan terorisme, dan kemunculan orang-orang muslim adalah sebuah kewaspadaan.
Tentunya hal ini menjadi sebuah babak yang menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, karena Islamofobia memberikan dampak kepada muslim perseorangan yang berada di negara-negara khususnya barat, yang mayoritas penduduknya bukan muslim, dalam hal perlakukan mereka secara sosial.
Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya paham tentang konsep rahmatan lil alamin, sebagai garis besar ajaran kedamaian yang dibawa oleh agama ini. Islam yang memiliki arti dasar keselamatan dan kedamaian, teruji kebenarannya karena beberapa tangan oknum yang telanjur salah memahami konsep ajarannya.
Di dalam Islam, memang dijelaskan konsep jihad fii sabilillah,atau jihad di jalan Allah sebagai amalan yang mulia untuk menggapai ridho Allah subhana hu wa taala. Jihad bermakna mencapai kelelahan karena Allah, meninggikan kalimatNya, dan mencapai surgaNya.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan jenis jihad ditinjau dari obyeknya dengan menyatakan bahwa jihad memiliki empat tingkatan, yaitu (1) jihad memerangi hawa nafsu, (2) jihad memerangi syetan, (3) jihad memerangi orang kafir dan (4) jihad memerangi orang munafik, yang kemudian diperluas dengan pemahaman memerangi pelaku kezaliman, bidah, dan kemungkaran.
Melihat pemahaman tersebut, tentunya kita jangan mengambilnya secara parsial untuk segera mengangkat senjata atau menghunuskan pedang ke dada orang-orang zalim, meskipun kenyataannya, saat ini kemungkaran dan kezaliman telah diberikan ruang untuk berkembang. Hal ini karena penjelasan Imam Ibnul Qayyim menyatakan bahwa jihad memerangi musuh Allah di luar jiwa, adalah cabang dari memerangi jiwa itu sendiri.
Dengan demikian, kita sebagai muslim, yang pertama kali harus dilakukan adalah, bertanya pada diri dan hati kita masing-masing tentang keyakinan dan ketakwaan kita pada Allah taala. Takwa, sebuah kata yang berulang-ulang disebutkan di dalam Alquran, namun sejatinya hanya memiliki dua arti, yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah, tanpa kecuali.
Apabila ketakwaan ini diterapkan dan terus ditingkatkan, niscaya seorang muslim akan mencapai sebuah akhlak yang sempurna, yang jauh lebih dalam dari sekedar santun.Â
Seorang muslim akan senantiasa melihat Allah dalam setiap langkah dan napasnya, sehingga berimbas pada sebuah tindakan dan perilaku yang senantiasa menebarkan nilai-nilai kebaikan, karena setitik pun perbuatan keji yang dilakukan, akan berakibat sebuah hisab yang tajam dan azab dari Allah taala.