Jika itu semua tidak pernah kita lakukan, bagaimana kita bisa menilai bahwa para pendakwah anti riba itu adalah seorang pengganggu, kolot, sok ustaz, dan sebagainya, sementara di saat yang sama, kita tetap merasa sebagai seorang yang memeluk agama dan dengan bangga mencantumkannya dalam kartu identitas.
Mereka yang berani berdakwah anti riba, mungkin juga belum sepenuhnya bersih dari dosa riba. Namun, mereka sudah mulai untuk lebih dulu mengakui kesalahannya bergelimang kekayaan palsu bersama riba, dan berusaha semaksimal mungkin untuk berlepas darinya. Perkara dakwah mereka, semata-mata adalah keinginan tulus mereka, supaya keadaan yang buruk akibat riba ini tidak meluas dan merusak orang-orang yang mereka kenal, mereka sayangi, dan mereka inginkan untuk bersama-sama di dalam surga.
Allaahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H