Mohon tunggu...
Rahma Ramcil
Rahma Ramcil Mohon Tunggu... -

aku (masih) mahasiswa desain yang hobi nulis. Kekeuh punya mimpi bisa studi di Korea, dan masih menyimpan sisa asa buat bisa jadi Rahma yg sebaik-baiknya! \r\nAku cewek ribet yang mencoba simpel dalam segala bidang, so,, spontanitas itu better :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cirebon: the Gate of Secret?!!

9 Juni 2012   12:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:12 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto: doc.pribadi (Masjid Agung Sang Cipta Rasa, salah satu saksi bisu kebudayaan Kota Cirebon)

Masyarakat Indonesia memiliki tingkat mobilitas geografis yang sangat tinggi. Bukti-bukti arkeologis, historis, maupun etnografis cukup memberi dukungan untuk meyakini bahwa asumsi ini memiliki landasan yang kuat. Nenek moyang Indonesia boleh dikatakan berasal dari kelompok-kelompok ras dari luar kepualauan nusantara yang datang secara bergelombang.

Ketika telah memasuki wilayah Indonesia, ras-ras yang lama dan yang baru menyebar ke berbagai wilayah sehingga menimbulkan percampuran-percampuran yang dapat dilihat dari ciri fisiknya maupun bahasanya. Untuk sebagian diketahui jalur migrasinya dan sebagian lain masih merupakan misteri.

Berdasarkan pengetahuan dari masa prasejarah bahkan kita telah memiliki bukti yang kuat mengenai alasan mengapa mereka meninggalkan tempat asalnya dan memilih menetap di wilayah Nusantara. Lalu dalam jangka waktu yang lebih pendek diketahui bahwa sebagian suku-suku di Indonesia memiliki kebiasaan meninggalkan tempat asalnya dalam jangka waktu tertentu. Misalnya orang-orang Jawa sebelum abad ke-17, suku bangsa yang dikenal sebagai ‘orang laut’ atau orang Bajau yang menyebar ke wilayah Indonesia Timur, dan suku bangsa Dayak di Kalimantan yang sering bermigrasi bahkan hingga abad ke 20. Jika dapat dikatakan bahwa aktifitas inti dari kegiatan berwisata (sebagaimana makna yang terkandung dalam kata ini), maka dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki tradisi berwisata yang sangat kuat.  (Muluk, 2011)

Indonesia  memiliki ribuan pulau yang menyimpan potensinya masing-masing. Salah satunya adalah potensi pariwisata yang sangat beragam dan menarik. Dengan kekayaan alam dan kekayaan budayanya, Indonesia seharusnya mampu menjadi salah satu negara yang patut diperhitungkan oleh para wisatawan asing sebagai tujuan wisata mereka. Berbagai kota di Indonesia kini mulai menggeliat dalam hal pariwisatanya. Bukan  hanya Bali yang menjadi jagoan Indonesia, karena kota-kota lain pun mulai memperhitungkan dengan serius dalam hal ini. Kita bisa melihat misalnya Papua dengan Raja Ampat-nya, Bangka Belitung dengan Laskar Pelangi-nya, Jepara dengan Karimun Jawa, Lombok dengan Pantai Senggi, Bukittinggi, Jogjakarta, dan lain sebagainya. Semua saling berlomba-lomba untuk menarik wisatawan, khususnya wisatawan domestik.

Provinsi Jawa Barat, sebagai salah satu provinsi dengan banyak potensi wisata di dalamnya, memiliki banyak kota yang menyimpan potensi wisata tersebut. Baik wisata alam, budaya, maupun sejarah. Salah satu kota tersebut adalah Kota Cirebon. Dengan letak daerahnya yang cukup strategis, yaitu di pesisir pantai utara (pantura), Cirebon sudah sejak dahulu telah menjadi kota persinggahan, di mana banyak bangsa asing yang singgah dan berdagang di kota Cirebon tempo dulu. Tak heran banyak ditemukan peninggalan bersejarah di kota yang terkenal sebagai kota udang tersebut. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi perekonomian Cirebon.

Tidak hanya peninggalan bersejarah seperti keraton, gua, makam, dan sebagainya, kota Cirebon juga tak kalah dengan potensi budayanya tersendiri yang tentu merupakan nilai tambah bagi pariwisatanya. Seperti Tari Topeng, Tarling, Sintren, Panjang Jimat, dan lainnya. Banyak di antaranya diadakan sebagai festival tahunan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Kekayaan sejarah dan budaya Cirebon sebagai daya tarik pariwisata Kota Cirebon perlu didukung dengan sebuah strategi brand atau pencitraan. Brand merupakan salah satu media berkomunikasi yang dapat membentuk persepsi masyarakat.Adapun penggunaan brand sebagai media berkomunikasi sudah diterapkan sebelumnya pada beberapa kota besar di Indonesia, antara lain “Jogja Never Ending Asia”, “Enjoy Jakarta”, dll. Dengan mengangkat kekayaan sejarah dan budaya Kota Cirebon sebagai brand, diharapkan kota Cirebon dapat dikenal masyarakat sebagai kota budaya yang tak terlupakan untuk dikunjungi.

Permasalahannya, belum banyak diketahui masyarakat bahwa ternyata Kota Cirebon telah memiliki branding pariwisatanya sendiri, yaitu dengan tagline-nya 'Cirebon the Gate of Secret'. Seperti apa branding Cirebon the Gate of Secret??

Nantikan tulisan saya berikutnya ya :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun