Mohon tunggu...
Rahma Ramadhanti
Rahma Ramadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari Universitas Airlangga jurusan Teknologi Laboratorium Medik angkatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bagaimana Gaya Hidup Konsumtif Gen Z Mempengaruhi Kualitas Hidup di Indonesia

2 Juni 2024   08:49 Diperbarui: 2 Juni 2024   08:53 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z, kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah menjadi sorotan utama dalam perubahan budaya konsumsi di Indonesia. Kemudahan akses terhadap teknologi dan media sosial telah memperkuat gaya hidup konsumtif Gen Z, yang semakin terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, memberikan dampak yang substansial terhadap dinamika sosial dan ekonomi negara ini.

Salah satu fenomena yang sangat mencolok dari gaya hidup konsumtif Generasi Z adalah peningkatan signifikan dalam pengeluaran untuk barang-barang dan layanan yang tidak selalu merupakan kebutuhan pokok. Menurut survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pengeluaran rumah tangga untuk produk non-esensial meningkat sekitar 25% selama lima tahun terakhir. Tren belanja online yang meningkat, kecenderungan untuk selalu memiliki gawai terbaru, dan minat yang kuat pada merek-merek terkenal telah menjadi pendorong utama dari budaya konsumsi yang cepat dan terus-menerus. Meskipun pada awalnya hal ini mungkin memberikan kepuasan yang instan, dampak jangka panjangnya terhadap kualitas hidup serta aspek sosial dan lingkungan menjadi semakin meragukan.

Perlu diakui bahwa gaya hidup konsumtif Generasi Z memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek, termasuk keseimbangan keuangan, kesehatan mental, dan lingkungan. Pengeluaran yang tidak terkendali dapat mengakibatkan masalah keuangan yang serius di masa depan, terutama ketika tidak diimbangi dengan perencanaan keuangan yang bijaksana. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa lebih dari 60% dari generasi muda Indonesia memiliki tingkat utang yang tinggi relatif terhadap pendapatan mereka. Tekanan untuk terus terlihat "kaya" atau "on trend" di media sosial seringkali menjadi pemicu stres dan kecemasan yang tidak perlu, karena individu merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan gambaran gaya hidup yang ditampilkan secara berlebihan. Selain itu, meningkatnya konsumsi barang-barang baru cenderung berkontribusi pada masalah lingkungan, seperti peningkatan jumlah sampah dan penggunaan sumber daya yang berlebihan, memperburuk dampak negatif terhadap ekosistem global. Studi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa sampah plastik di Indonesia meningkat hingga 10% setiap tahunnya, sebagian besar disumbangkan oleh kemasan produk konsumtif.

Sebagai penulis, saya menganggap gaya hidup konsumtif Gen Z sebagai fenomena yang perlu mendapat perhatian serius. Meskipun saya menghargai kebebasan individu dalam memilih pola konsumsinya, saya sadar bahwa kita perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebiasaan konsumtif ini. Untuk mengatasi permasalahan ini, saya percaya generasi sebelum Gen Z memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing dan memberikan contoh yang positif kepada Gen Z. Dengan memberikan arahan dan inspirasi yang tepat, generasi sebelumnya dapat membantu membentuk pola pikir dan perilaku yang lebih berkelanjutan di kalangan Gen Z dalam hal konsumsi.

Generasi sebelum Gen Z memiliki potensi besar untuk membimbing generasi ini agar tidak terjebak dalam pola hidup konsumtif. Mereka dapat melakukan hal ini dengan memberikan pendidikan keuangan yang kuat, mempromosikan nilai-nilai sederhana dan hemat, serta memberikan contoh tentang bagaimana menilai kebahagiaan dan kepuasan dari hal-hal yang tidak berkaitan dengan benda material. Selain itu, mereka dapat mendukung kegiatan dan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengurangi konsumsi berlebihan. Dengan menjadi mentor yang baik, mereka dapat membantu membentuk pola pikir dan perilaku Gen Z yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan serta keuangan mereka.

Untuk menciptakan masyarakat yang seimbang dan berkelanjutan, semua generasi perlu bergandengan tangan dalam meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari gaya hidup konsumtif. Ini melibatkan promosi nilai-nilai yang berfokus pada keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengadopsi pola pikir ini, kita dapat membangun lingkungan yang lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang. Langkah-langkah praktis seperti mengurangi limbah, menggunakan energi terbarukan, mendukung produk lokal, dan mendidik diri sendiri serta orang lain tentang pentingnya pelestarian lingkungan dapat membantu kita mencapai tujuan ini. Semakin banyak individu yang terlibat dan berkontribusi dalam upaya ini, semakin besar dampak positifnya bagi masa depan bumi dan semua makhluk yang tinggal di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun