Pilkada, selain sebagai ajang perebutan kekuasaan, juga memiliki dampak ekonomi yang tak kalah penting. Â Proses kampanye, pelaksanaan pemilu, hingga pemerintahan yang dihasilkan memiliki implikasi ekonomi yang beragam.dengan berakhirnya pilkada serentak , Â Sorotan media kini beralih ke isu lain, namun dampak ekonomi dari pesta demokrasi ini masih terasa. Â Pilkada, lebih dari sekadar pertarungan politik, adalah sebuah "permainan ekonomi" yang kompleks dan menarik untuk dikaji.
Â
Selama masa kampanye, aliran uang mengalir deras. Â Pembuatan baliho, spanduk, dan atribut kampanye lainnya menjadi ladang bisnis bagi percetakan dan penyedia jasa desain grafis. Â Kegiatan sosialisasi dan rapat umum juga mendorong permintaan jasa katering, sound system, dan transportasi. Â Ini adalah contoh nyata bagaimana pilkada dapat memicu aktivitas ekonomi di tingkat lokal.
Â
Namun, Â dampak ekonomi pilkada tidak berhenti sampai di situ. Â Para calon kepala daerah biasanya menawarkan program-program pembangunan dan kebijakan ekonomi yang berdampak pada perekonomian daerah. Â Program-program tersebut, jika terealisasi, dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan investasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Â
Di sisi lain, pilkada juga menyimpan potensi risiko ekonomi. Â Praktik politik uang, misalnya, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan. Â Konflik sosial yang dipicu oleh perbedaan pandangan politik juga dapat mengganggu iklim investasi dan menurunkan kepercayaan investor.
Â
Oleh karena itu, penting untuk memastikan agar pilkada dapat berjalan dengan jujur, adil, dan transparan. Â Hal ini akan menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Â Pilkada yang sehat adalah kunci bagi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H