Mohon tunggu...
Rahma Rafila
Rahma Rafila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya selalu tertarik pada kesempatan-kesempatan baru yang di berikan kepada saya. sehingga kesempatan tersebut akan menjadi pengalaman untuk lebih baik dalam banyak aspek dalam kehidupan yang saya jalani. saya senang sekali melakukan aktifitas yang ringan, membaca buku untuk mengisi kekosongan waktu saya, dan menggambar abstrak untuk menungkan pikiran yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hereditas dan Lingkungan Perkembangan

26 Oktober 2024   15:44 Diperbarui: 26 Oktober 2024   16:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Hereditas dan Lingkungan

Hereditas adalah proses pewarisan sifat biologis dari orang tua ke anak melalui gen, yang mencakup aspek fisik dan psikologis selama reproduksi. Karakteristik bawaan (genotive) mempengaruhi ciri yang dapat diamati (fenotive), menjadikan hereditas sebagai faktor kunci dalam perkembangan individu, mulai dari konsepsi. Interaksi antara hereditas dan lingkungan menciptakan proses perkembangan yang kompleks dan membentuk potensi dasar individu. Kedua faktor ini saling melengkapi dan berkontribusi secara signifikan dalam mengoptimalkan perkembangan manusia secara keseluruhan.

1. Teori Empirisme

Teori empirisme yang dipelopori oleh John Locke (1632-1704) menyatakan bahwa bayi lahir seperti kertas putih kosong, di mana perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan tidak ada pengaruh dari faktor bawaan. Menurut pandangan ini, pengalaman dan lingkungan memainkan peran penting dalam membentuk pengetahuan dan karakter anak. Contoh dari teori empirisme terlihat dalam cara anak belajar melalui pengalaman sehari-hari. Misalnya, bayi yang dikenalkan pada berbagai suara dan warna akan mengembangkan kemampuan mengenali hal-hal tersebut berdasarkan interaksi yang mereka alami. Ketika anak bermain dengan mainan yang memiliki berbagai tekstur dan bentuk, mereka belajar melalui sentuhan dan pengamatan, yang membentuk pemahaman mereka tentang dunia. Dengan demikian, pengalaman dan lingkungan di sekitar anak berperan penting dalam perkembangan kognitif dan sosial mereka, sesuai dengan prinsip empirisme yang menekankan pentingnya faktor eksternal.

2. Teori Nativisme

Teori nativisme, yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer (1788-1860), menekankan bahwa perkembangan manusia sangat bergantung pada pembawaan atau sifat bawaan individu. Menurut pandangan ini, faktor genetik dan karakteristik yang diwariskan dari orang tua berperan penting dalam membentuk kemampuan, kepribadian, dan bakat seseorang. Misalnya, seorang anak yang lahir dari orang tua yang musisi mungkin memiliki bakat alami dalam bermain alat musik atau memiliki kecenderungan untuk lebih mudah memahami notasi musik, menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat diturunkan dan memengaruhi perkembangan mereka di masa depan.

3. Teori Konvergensi

Teori ini dikembangkan oleh William Stern, menggabungkan elemen dari teori empirisme dan nativisme. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh dua faktor utama: bakat bawaan dan lingkungan, termasuk pendidikan formal. Menurut pandangan ini, setiap individu lahir dengan potensi dasar yang dapat berkembang, tetapi realisasi potensi tersebut sangat bergantung pada interaksi dengan lingkungan sosial dan pengalaman pendidikan. Misalnya, seorang anak yang memiliki bakat alami dalam seni mungkin akan lebih mampu mengembangkan keterampilannya jika mereka mendapatkan pendidikan seni yang baik dan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Dalam kasus ini, meskipun bakat bawaan berperan, lingkungan dan pendidikan yang mendukung sangat penting untuk memaksimalkan potensi anak tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak:

  • Faktor Hereditas

Dalam perkembangan manusia, dua faktor utama yang berpengaruh adalah hereditas dan lingkungan. Hereditas mencakup potensi yang diwariskan melalui gen, yang mempengaruhi sifat fisik dan perilaku individu, seperti bentuk tubuh, warna kulit, kecerdasan, bakat, serta adanya cacat tubuh atau penyakit. Di sisi lain, lingkungan mencakup semua yang mengelilingi individu, termasuk faktor fisiologis, psikologis, dan sosio-kultural, seperti nutrisi, suhu, sistem saraf, vitamin, air, dan interaksi sosial. Kedua faktor ini saling berinteraksi dalam membentuk kepribadian; hereditas memberikan dasar biologis, sedangkan lingkungan mempengaruhi perkembangan setelah kelahiran. Teori empirisme menekankan pengaruh lingkungan dalam perkembangan anak, sementara teori nativisme menyoroti peran sifat bawaan. Teori konvergensi menggabungkan kedua pandangan ini, menyatakan bahwa baik bakat bawaan maupun lingkungan berkontribusi dalam perkembangan manusia. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang interaksi antara hereditas dan lingkungan sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan individu dan mencapai potensi maksimal mereka.

  • Faktor Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun