Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Refleksi, Redefinisi, Reformasi

25 Januari 2021   17:37 Diperbarui: 25 Januari 2021   17:45 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay/Bluehouseskis

"Selain itu, tujuan reformasi amat luas, berbeda dengan revolusi dulu saat masa penjajahan. Revolusi itu maknanya jelas yaitu perubahan secara radikal dalam tempo yang cepat, selain itu tujuannya juga terfokus yang tak lain mengusir penjajah dan memerdekakan diri. Revolusi itu bisa kita bilang berhasil mencapai tujuannya, sedangkan reformasi ini gimana coba?".

Ical semakin mengangguk-angguk dengan teratur mencerna apa yang diucapkan oleh Wahyu.

"Sebagai contoh" Wahyu melanjutkan "Telah banyak negara yang 'sukses' dengan istilah Revolusinya, beberapa diantaranya yang terkenal adalah revolusi Perancis, Iran, Rusia, Kuba, dan Amerika. Sementara itu, istilah reformasi cenderung bias dalam tadi, pencapainnya tujuannya entah kapan, kesannya menjadi seperti melenakan peluang untuk berubah, tetapi tentunya ini hanya sebatas pemaknaan saya terhadap penggunaan kata "Reformasi" dalam konteks pergerakan saja".

"Kurang lebihnya saya setuju, dalam melakukan perubahan tentu sebaik dan seharusnya kita melakukannya secara bertahap, dalam artian semua dilakukan bersamaan, tetapi ada yang diprioritaskan, kita perlu mencontoh Jepang ketika hancur lebur oleh Amerika Serikat, mereka lewat perintah kaisarnya untuk menyelamatkan guru dengan tujuan ingin membangun negerinya bermula dari pendidikannya, hingga jadilah Jepang sekarang yang memiliki SDM unggul serta mampu memberi banyak pengaruh bagi peradaban umat manusia". Bursh menambahkan. 

 "Wah wah, bener emang, gerakan yang baik emang harus terfokus gini sih, kayanya kita nanti perlu FGD sama anggota yang lain nih bahas ini" Ical memberi saran.

Setelah agak lama mereka berbincang mengenai nasib dan kondisi bangsa, negara, pendidikan, politik, dan lain sebagainya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga suara dari dalam perut mereka menjadi alarm bahwa percakapan harus dijeda terlebih dahulu. Saat baru saja mereka hendak berangkat mencari jajanan di sekitar kampus. Terlihat dari arah selatan berjalan dua orang wanita menuju ke arah mereka dengan satu orang yang dituntun serta menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tubuhnya gemetar dan tatkala semakin dekat, makin terdengar jelas suara isak tangis. Ya wanita itu menangis.

.

.

To be continued!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun