"Betul Cal, saat ini kita tidak dapat berharap terlalu banyak dengan media, karena percaya atau tidak dan mau tidak mau kita bisa sebut bahwa media sekarang 'kebanyakan' hanya menjadi alat dari penguasa".
"Iya Bursh, Pertanyaannya sekarang adalah, kenapa demokrasi justru menjadi ruwet seperti ini, padahal yang kita lakuin kan berasaskan kebebasan berpendapat atau demokrasi, tapi rasanya demokrasi yang sejati itu fana, sementara demokrasi yang sekarang justru bisa berujung penjara meskipun hanya sekedar satire".
Menyimak percakapan yang mulai ramai antara Ical dan Bursh, lama-lama Wahyu juga mulai tertarik untuk masuk ke dalam pergulatan pikiran kedua temannya itu.
"Itulah konsekuensi demokrasi bor" Celetuk Wahyu.
Ical dan Bursh seketika kemudian bersamaan melihat ke arah Wahyu.
"Maksudnya konsekuensi Yu?" Tanya Ical heran.
"Iya, iniliah nasib demokrasi kita kalo tidak dikelola oleh ahlinya, akhirnya jadi ruwet begini. Lagipula reformasi juga belum beres".
"Lah lah, tadi konsekuensi demokrasi juga belum tamat dijelasin, sekarang adalagi istilah reformasi belum beres, kalau reformasi dua dekade lalu itu apaan?".
Bursh tampak menikmati percakapan Ical dan Wahyu.
"Begini bor, makna reformasi itu sendiri sebetulnya tidak begitu jelas, karena reformasi itu sendiri tidak memberikan kita informasi seberapa lama dan cepat pergerakan itu dianggap selesai. Nah sekarang faktanya begini, cita-cita reformasi itu salah satu agenda besarnya selain menurunkan presiden dan dwifungsi tentara adalah menghapus korupsi, menurunkan kemiskinan, dan juga dinasti kekuasaan. Apa faktanya sekarang? Keduanya justru makin menggurita di mana-mana".
"Iya juga sih" Ical membatin.