Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Nalar Surealisme Berkedok Intelektual

3 Agustus 2020   20:29 Diperbarui: 3 Agustus 2020   20:41 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bursh tampak heran dan malu, ia hanya mampu mengangkat bahunya.

"Bagaimana Yai?" Katanya.

"Betul, surealis singkatnya berarti sesuatu yang tidak lazim atau di luar nalar logika, dalam kaitannya dengan penangangan virus ini memang cukup terlihat benang merahnya dengan sikap pemerintah, di satu sisi seolah intelek dan ilmiah dan di sisi lain suraealis secara substansi alias kurang logis. Tentu surealis dalam sastra itu baik dan bagus, tetapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara apalagi dalam usaha menyelamatkan hajat hidup orang banyak ini bisa mencelakakan akibatnya. Surealis berkedok intelektual jelas berbahaya dalam konteks ini."

"Apalagi surealisme yang dibungkus pekataan intelektual dan disertai data-data ini seolah hanya ingin menyampaikan bahwa kondisi aman dan terkendali, tetapi nyatanya kan tidak. Akan tetapi memang faktanya surealisme atau fantasi yang dibungkus intelek ini cukup membuat publik awam mudah terframing, sehingga daya kritisnya menjadi kian mandul," Kata Mou menambahi.

Hari semakin kelas, tiupan angin juga makin kencang. Di langit awan terlihat bergerak cepat, ini menjadi pertanda bahwa akan turun hujan yang cukup deras. Hal ini pula lah yang membuat diskusi tersebut terpaksa segera diakhiri. 

Beberapa detik setelah ikhwan mistis berjalan pergi dari selasar masjid, tepat pada saat itu tiba-tiba turun hujan yang sangat deras. Tanpa berpikir panjang spontan para ikhwan mistis lari terbirit-birit ke segala penjuru arah mencari ruang teduh dan terutama yang terdapat beberapa akhwat. Mereka berpisah, berhamburan, mencari keteduhan, juga ketenangan, batin.

To be continued!    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun