Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Ilmiah di Tatar Alamiah

1 Agustus 2020   19:52 Diperbarui: 1 Agustus 2020   19:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/PublicDomainPictures

"Jadi itu lu liat apaan?" Dede kembali bertanya.

"Liat aja ni sendiri" Kata Ical sambil memberikan gawainya kepada Dede dan Wahyu.

Sejurus kemudian Wahyu dan Dede membaca sebuah artikel yang sedang dibaca oleh Ical. Kira-kira begini potongan isinya:

"Virus Baru ditemukan, Pakar Prediksi Bisa Jadi Ancaman Bahaya

......Para pakar memperkirakan bahwa virus tersebut setelah dianalisa memiliki tingkat penyebaran dan rasio kematian yang tinggi. Hal ini disebabkan karena virus yang ditemukan merupakan jenis baru dan asal usulnya belum diketahui. Oleh karena itu tak heran di tempat pertama kali virus ini ditemukan, jumlah korban yang terinfeksi sangat banyak dan terus meluas ke daerah lain.

......Dewan kesehatan dunia yang meninjau kasus penyebaran virus baru ini juga memberikan arahan kepada negara-negara lain untuk berhati-hati dan bahkan menutup akses dari dan menuju lokasi penyebaran virus ini".

Wahyu dan Dede cukup tertegun melihat informasi ini, ternyata mereka baru mengetahuinya setelah lebih dari dua minggu kasus ini ramai dibicarakan di sosial media.

"Bahaya sih, tapi jauh kan dari sini Cal" Gumam Wahyu.

Ical tak segera menjawab, ia meneguk segelas kopi yang ada di hadapannya terlebih dahulu dengan perlahan, seolah semua kenikmatan terdapat pada kopi yang ada di genggamannya itu.

"Ini dia masalahnya Yu" Ical berhenti sejenak dan menarik napas pelan "Bangsa kita dengan kesantaiannya tidak mau berpikir panjang dan melihat perkembangan yang ada, itu masalah kita dari dulu" Tambahnya.

"Lho maksudnya gimana Cal?" Tanya Dede heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun