Dede mereguk teh manis dari gelasnya kemudian berujar "Betul kamerad Ical, akan tetapi kebijakan yang terjadi di lapangan sama sekali tidak se-fleksibel itu, buktinya setiap ada mahasiswa yang kesulitan biaya, otoritas perguruan tinggi seolah lepas tangan, dan kalaupun bisa tertangani jumlahnya amat sedikit sekali, sehingga banyak yang harus merugi dan tak jarang sampai harus terpaksa berhenti kuliah"
Perbincangan menjadi semakin riuh ketika rombongan Bale, Babe, Duls, Roy, Ivan, dan Iman datang. Selain karena ada tambahan amunisi suara dan pespektif, rupanya mereka juga membawa tambahan amunisi cemilan yang sejak 20 menit lalu sudah sirna dari meja dan hanya menyisakan butiran debu. Terlihat Ivan membawa dua buah kantong kresek hitam, dan sesaat setelah isinya dimuntahkan ke meja, barulah para ikhwan mistis menjadi lebih bersemangat.
"Wah mantap, dari tadi kenapa ke" Ujar Ical sambil buru-buru mengambil tiga buah jambu di hadapannya.
"Jambu banyak gini dapet dapet nyolong dari mana?"
"Nyolong? Sorry gua dapet dari teman kosan"
"Kosan mana?" Tanya Bursh seketika
"Kosan jalan mawar merah"
"Lu dapet dari akhwat yang semester 2 kelas H ya?"
"Lah lah, Ko bisa tau?" Â
"Yaelah, itu kan kosan khusus akhwat yang diisi semester dua, dan pada cantik juga" Jawab Bursh sambil terkekeh.
Dalam urusan segenting ini, untuk tingkat kejelian dan detail mengenai akhwat tetap tidak bisa dihilangkan, sensitivitas para ikhwan mistis terhadap arus informasi akhwat kampus sangat besar.