Hampir tiga bulan pandemi corona telah meluluh lantahkan setiap aspek kehidupan manusia. Kini orang tak lagi bebas berjalan-jalan santai di pagi hari, atau bersantai di sisi pantai sambil menikmati keindahan panorama lembayung senja. Para pelaku usaha baik yang mikro maupun makro tertatih-tatih menghadapi dampak yang ditimbulkan pandemi corona.
Pemerintah memutar otak untuk memutus mata rantai penyebaran virus serta menyelamatkan kehidupan sosial masyarakat agar tetap bisa aman dengan kecukupan kebutuhan pokoknya. Di lapisan paling bawah yaitu masyarakat itu sendiri juga tak kalah pusingnya dengan pemerintah, banyak dari mereka yang kehilangan pundi-pundi rupiah, terancam pemutusan hubungan kerja, dan tentu saja terancam kesehatannya.
Berbagai golongan masyarakat yang diinisiasi oleh organisasi formal ataupun informal bahu membahu mengatasi problema corona ini dengan berbagai cara, ada kegiatan berupa bantuan kebutuhan pokok dan donasi uang, penyediaan alat pelindung diri semisal masker, ataupun memberikan bantuan moral lewat berbagai macam media.
Jelas oleh karena itu kondisi dunia saat ini tengah berada pada sebuah titik terendah. Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa dengan sebuah mikroorganisme bernama corona kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, bahkan politik dibuat tidak berkutik. Pandemi ini sedikit besarnya telah memberikan dampak yang terasa oleh seluruh umat manusia.
Lantas dunia seperti apa yang akan hadir setelah pandemi corona berakhir? Apakah akan seperti sedia kala? Normal? Analisa mengenai arah atau masa depan dunia setelah corona tentu dapat memunculkan banyak hipotesa, akan tetapi dugaan atau asumsi tersebut bisa jadi benar adanya.
Pertama, setelah pandemi corona dunia akan banyak mengalami banyak perubahan sosial terutama dalam pola interaksi sosial.
Beberapa waktu setelah pandemi corona berakhir, orang-orang akan dihantui rasa cemas untuk berkomunikasi secara langsung. Seperti yang diketahui bersama, bahwa saat ini pemerintah di berbagai negara sangat gencar menggalakan apa yang disebut sebagai physical distancing dan social distancing, bahkan lockdown.
Imbauan tersebut yang kini beredar di mana-mana seiring berjalannya waktu akan tertanam dalam benak setiap orang untuk mengindari kontak sosial atau sebuah kerumunan massa. Pola pikir dan hidup seperti ini pula yang akan nantinya terbawa bahkan ketika pandemi corona telah berakhir. Meskipun tidak secara berlebihan, tetapi sedikitnya orang-orang akan cukup sangsi untuk melakukan kontak sosial.
Kedua, berkaitan erat dengan poin pertama, rasa cemas yang masih menghantui masyarakat membuat mereka akan tetap lebih peduli terhadap kesehatan diri.
Jika kita melihat kondisi hari ini, banyak himbauan dari berbagai pihak untuk memperhatikan kesehatan misalnya dengan rajin mencuci tangan dan menggunakan masker jika keluar rumah.
Hal-hal tersebut sedikitnya akan tetap dipertahankan oleh banyak orang, maka tidak heran jikalau pandemi ini telah berakhir, orang-orang masih saja banyak yang menggunakan masker di tempat umum, atau setidaknya menyisipkan hand sanitizer dalam jaket dan tas mereka.
Menjadi masuk akal jika setelah pandemi corona berbagai sektor atau aspek di dunia kesehatan akan menjadi daya tarik bagi masyarakat. Selain minat membeli perangkat kesehatan meningkat, minat untuk mempelajari dunia kesehatan pun juga akan banyak digandrungi, apalagi hari ini profesi di sektor kesehatan mendapat penghormatan besar di hati masyarakat sebagai pahlawan mereka untuk menumpas pandemi corona.
Ketiga, aktifitas virtual akan menjadi primadona baru setelah pandemi corona berakhir.
Saat ini saja dapat dilihat bahwa hampir seluruh pola aktifitas kehidupan dipindahkan menjadi bentuk virtual. Kegiatan ini bisa dirasakan dengan semakin massifnya penerapan konsep work from home, learning from home, dan komunikasi daring.
Selain tiga aktifitas tersebut, beberapa aktifitas lain yang sebetulnya tidak lazim dilakukan secara virtual, kini terpaksa berinovasi untuk tetap bisa eksis meski di dalam dunia virtual, misalnya belakangan ini ramai dengan adanya konser musik daring, wisuda virtual, pariwisata virtual, dan hal-hal dari aspek kegiatan lain berbau virtual juga akan segera bermunculan, dan tentu saja sebelumnya tidak sempat terpikirkan.
Dunia setelah pandemi corona adalah dunia yang sama sekali telah bertransformasi. Mungkin ada beberapa sektor yang tetap bisa kembali seperti keadaan semua, tetapi tentu saja tidak akan sama seratus persen. Setiap sendi kehidupan mulai mencari bentuk baru agar tetap bisa bereksistensi pasca pandemi corona.
Adapun satu sektor yang paling menonjol kebangkitannya setelah pandemi corona adalah tak lain sektor teknolgi virtual atau digital. Banyak faktor yang dari hari ini pun telah bisa dilihat bahwa memang sektor virtual akan menjadi wajah baru dunia setelah pandemi corona, misalnya pemanfaatan teknologi IoT dan Big Data untuk memantau setiap aktiftas manusia.
Akan menjadi sesuatu yang wajar jika setelah pandemi corona berakhir kegiatan-kegiatan yang sifatnya konvensional mulai ditinggalkan masyarakat. Selain karena efektivitas, corona pun memberikan dampak misalnya untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus yang belum sepenuhnya hilang.
Maka dari itu menjadi penting dari fenomena disrupsi teknologi yang tengah dan akan terjadi setelah pandemi corona dengan mengarahkannya agar tidak menimbulkan kerusakan baru di masa depan. John Naisbitt dalam bukunya "High tech high touch" perlu kita maknai petuahnya bahwa jangan sampai perkembangan teknologi baik virtual ataupun bukan, sampai menghilangkan rasa kemanusiaan, karena pada dasarnya teknologi ada untuk membantu meningkatkan peradaban manusia itu sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H