Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ketenggangan

13 April 2020   16:28 Diperbarui: 13 April 2020   16:30 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapal jarak merentang menjeda derap temu dikala rindu. Memberi jangka pada asa tuk bersua. Mentitahkan kuasa diri memikul beban, menahan ihwal yang sulit ditahan. Segala itu berkaitan tujuan, keinginan, kesungguhan. Terbendung dinding kenyataan.

Berkaca akan keberadaan. Menahan yang tertahan amat memberatkan. Tanpa canggung memangkas daya capaian. Bisukan kata ucapan, benamkan kalimat dan setiap untaian. Memutus mata rantai perencanaan. Tanggalkan niat itikad yang membuncah.

Kelokan, liukan, perputaran arah biaskan arah langkah. Butakan sang indra guna meragap hari depan. Coba mencerabut ingatan jarak dalam benak. Hendak merusak dengan sebuah kerenggangan, menyodorkan rentang agar koyak dimakan kesepian, keterasingan, kesunyian.

Sesat pikir jikalau jarak mudah ditaklukan. Ia laksana nuklir termutakhir. Sedikit saja dapat menggoyahkan, ia kuat, terlalu perkasa pula. Menentangnya jadi lelucon monumental sepanjang sejarah. Alam, jagad raya amat kecil dari kuasa jarak. Tak bisa dibendung, biar setinggi apapun benteng, jarak akan selalu menemukan celah untuk meloloskan diri lalu menampakan kedigdayaannya pada semesta.

Maka, betapa nahasnya mereka yang mencoba mengelabui jarak. Sepatutnya ia membiarkannya mengalir saja. Mengingkarinya sama saja menyakiti hati. Karena jarak sepenuhnya befundamen kejujuran, lepaskan, dan bebaskan ia dengan kuasanya. Jangan mendustakan jarak, ialah keniscayaan. Berbanggalah. Tegaskan, aku berjarak!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun