Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Transportasi Publik, Transformasi Massal

2 Februari 2020   07:14 Diperbarui: 2 Februari 2020   19:15 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi transportasi massal (Sumber foto: Pixabay/Shutterburg75)

"Pengoptimalan transportasi publik yang harus digunakan untuk mengubah paradigma dari kendaraan pribadi ke publik." 

Beberapa waktu yang lalu, saya hendak berangkat menuju kota. Pada awalnya rencana perjalanan akan menggunakan motor karena lebih mudah dan murah. 

Tetapi, sesaat sebelum berangkat, pantauan lalu lintas dari google maps menunjukan bahwa jalan yang hendak dilalui macet cukup parah. Setidaknya garis merah terbentang sepanjang lebih dari satu kilometer di beberapa jalan utama.

Kondisi tersebut membuat saya berpikir ulang untuk menggunakan motor, dan opsi yang kemudian terbersit dalam benak adalah menggunakan kereta. 

Hal ini atas dasa pertimbangan biaya yang murah dan juga tidak harus berpanas-panasan dijalanan dengan bermacet ria pula. Segera kemudian stasiun menjadi tempat yang saya tuju. Alhasil penampakan riuh terpampang secara nyata. 

Rupanya hari itu stasiun penuh dengan masyarakat yang hendak menuju kota, mungkin pada saat itu bertepan dengan hari libur imlek yang secara bersamaan jatuh pada hari sabtu.

Penuh sesak dan berhimpitan jadi kenyataan yang perlu dihadapi. Masyarakat berbondong-bondong berlarian manakala kereta yang dinanti telah tiba. 

Mereka berpencar ke segala penjuru gerbong untuk mengamankan kursi duduk yang diinginkan. Hingga pun bagi saya akhirnya mendapatkan tempat duduk di gerbong paling belakang rangkaian kereta.

Di tempat duduk, saya juga dibersamai oleh seorang lelaki paruh baya, umurnya mungkin 50 tahun. Selang beberapa kami duduk si bapak lantas menginisiasi pembicaraan. 

Mulanya ia bercerita soal penuhnya kondisi saat itu, lalu merembet ke masalah perubahan jadwal kereta yang mengalami perubahan jadwal, hingga pada situasi transportasi publik kekinian.

Terkhusus soal transportasi kami cukup lama membahasnya. Ia mengatakan bahwa harusnya transportasi publik itu diperbanyak, misalnya bis dari daerah ke kota, atau angkutan publik lain yang terintegrasi dan murah seperti transjakarta. Maklum saja di daerah saya, untuk menuju kota diperlukan biaya tidak murah jika selain menggunakan kereta.

Kalau naik angkot saya harus menaiki hampir tiga kali dan tentunya dengan biaya yang lebih mahal juga. Begitupula dengan bis, kebanyakan mereka tidak melintasi lokasi keramaian sehingga harus dilanjutkan kembali dengan  angkot, otomatis biayanya pun tidak murah. Sementara itu angkutan seperti damri belum bisa tersedia di rute rumah saya.

Si bapak kemudian bercerita soal kemacetan yang kini mulai marak dan bahkan membuat jenuh. Maklum saja, kota saya kini dinobatkan sebagai kota termacet se Indonesia, mengalahkan juara bertahan yaitu Jakarta. 

Si bapak berandai-andai jika saja transportasi publik banyak dan mudah diakses masyarakat ia meyakini bahwa kemacetan pasti dapat dikurangi, karena masyarakat akan lebih mudah menggunakan transportasi publik.

Misalnya saja seperti kereta. Banyak orang yang menggunakan kereta karena dinilai murah dan nyaman, walau kadang harus berhimpitan pada momen tertentu. 

Tetapi mereka sadar bahwa menggunakan kereta terhindar dari kemacetan dan panas. Begitupula jika seandainya bus atau angkutan umum sudah terintergrasi secara baik masyarakat pun akan mulai meninggalkan kendaraan pribadi mereka dan beralih ke transportasi publik.

Si bapak bercerita lagi soal pembangunan tol yang kini banyak dilakukan. Ia memandang bahwa khususnya di pulau jawa pembangunan tol harusnya dikurangi. 

Menurutnya hal itu malah akan menimbulkan kemacetan baru lagi dan tidak akan menyelesaikan permasalahan dalam jangka panjang. Karena masyarakat akan berpikir untuk menggunakan kendaraan pribadi secara lebih massif dengan dasar adanya jalan tol baru. Justru pengoptimalan transportasi publik yang harus digunakan untuk merubah paradigma dari kendaraan pribadi ke publik.

Dari perbincangan singkat itu saya sedikitnya mulai paham apa yang menjadi permasalahan soal transportasi kita hari ini. Meskipun saya bukan ahli atau pakar dalam hal tersebut, namun setidaknya ada hal yang cukup rasional agar bisa mengatasi masalah transportasi seperti macet dan pola pikir untuk menggunakan transportasi publik.

Ya, sarana dan prasarana transportasi publik itu sendiri yang harus menjadi syarat utama agar tujuan itu tercapai. Karena saya cukup yakin jika transportasinya tersedia dan didukung oleh edukasi dari pemerintah, lambat laun masyarakat akan mulai memahami bahwa menggunakan transportasi publik itu cepat dan nyaman, layaknya paradigma kebanyakan masyarakat negara maju. Tentu agar permsalahan transportasi bisa diatasi.

Sehingga transportasi publik yang memadai nantinya akan mampu menjadi transformasi massal bagi masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah transportasi seperti kemacetan dan bahkan ikut bersumbangsih mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang kian menipis. 

Namun, jika prasyarat transportasi itu belum terpenuhi dalam sisi fasilitas dan edukasi, maka masyarakat akan terus dengan pola pikir lama, dan permasalahan transportasi tak kunjung teratasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun