"Seperti ada yang disembunyikan saja, padahal sebelumnya tidak begitu, gawainya masih sering saya pakai, tapi sekarang, bahkan mas setiap tidur gawainya sampai dipegang coba, mandi pun dibawa, ada tergeletak di meja mau saya buka tapi di pola, ketika saya tanya kenapa di pola dia jawab nggak ada apa-apa, kan aneh mas" Keluhnya.
Hingga pembicaraan semakin lama, semakin dalam lagi permasalahan rumah tangganya diceritakan kepada saya, mulai dugaan perselingkuhan istrinya, ada konten tidak pantas di gawainya, atau sekedar obrolan penggunjingan atas dirinya di sosial media. Namun hal yang banyak saya dengar dari percakapan itu adalah kekecewaan karena privatisasi yang dilakukan oleh istrinya. Pola membawa prahara, ya setidaknya ujung dari percakapan saya itu sampai pada kesimpulan bahwa si penjual mulai tidak lagi percaya kepada istrinya dan kini selalu berprasangka pula kepadanya serta tentang hubungannya yang mulai tidak lagi harmonis.
Inti dari tulisan ini adalah soal pola yang selamanya tak selalu digunakan atas dasar keamanan semata. Tak sedikit kasus saya kira yang terjadi mirip dengan yang dialami oleh penjual makanan tadi. Menggunakan pola pada gawai adalah hak setiap pribadi, tetapi tentu jangan sampai hal tersebut menyebabkan prahara yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika ada rasa saling paham terhadap keterbukaan dan perbedaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI