Pak Darman mendengarkan dengan seksama, ia mulai ketakutan, tidakkah ini orang gila, tapi mana mungkin orang gila berpakaian rapih macam syekh begini. Ia masih menyimak apa yang dilakukan lelaki itu.
"Engkau seharusnya bangga sudah tiada, jangan seperti orang hidup, ia berbangga atas kehidupannya, tapi banyak lupa atas segala kesalahannya, maka celakalah orang-orang yang hidup!"
Karena tidak sabar, pak Darman kemudian memberanikan diri memanggil kembali lelaki itu "Hey, sedang apa kamu!" suaranya kini agak meninggi.
Sejenak, lelaki itu kemudian diam, ia terjeda dari ucapannya yang berapi-api. Sampai beberapa saat ia membalikan badan dan menoleh. Pak Darman kelihatan kaget ketika lelaki itu menatapnya, benar dugaan pak Darman, lelaki ini memang gaya dan tampangnya layaknya kiai atau syekh dari arab, brewok dan hidungnya mancung khas timur tengah.
"Ada apa?" Kata lelaki itu
"Kamu yang sedang apa?" Balas pak Darman
"Aku sedang berkhotbah!"
Pak Darman agak sedikit keheranan, tidakkah ini pasien rumah sakit jiwa yang kabur atau orang yang kesetanan.
"Dasar aneh, kenapa khotbah di kuburan?"
"Memangnya tidak boleh?" Ia balik bertanya
"Apa maksudnya khotbah dikuburan, Anda gila?" Ujar pak Darman sedikit emosi.