Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dialog Imajiner dengan Guru Bangsa, Jumpa

5 Desember 2019   09:44 Diperbarui: 5 Desember 2019   09:58 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/KELLEPICS

"Ya, aku pun mengamatinya dari dunia sana"

"Oh ya?" Tanyaku heran "Lalu bagaimana menurut bapak?"

Ia kemudian menegakan posisi duduk, buku yang digenggamnya kini ia letakan di sampingnya.

"Ya" ia memulai "Memang dari semua kemajuan dan modernisasi yang terjadi, teknologi merupakan aspek yang saya lihat paling menonjol, misalnya dalam transportasi dan gaya hidup semisal telepon, sangat cepat sekali inovasinya, tentu dengan tujuan untuk memudahkan aktivitas manusia" Terangnya.

"Namun dari semua itu, terkadang manusia juga lupa bahwa inovasinya dengan membawa konsekuensi terhadap sekitarnya, misalnya alam dan budaya" Tambahnya.

"Ya ya, misalnya konsekuensi bagaimana pak?"

"Banyak sekali, misalnya alam, dengan makin gencarnya produksi mobil dan motor yang beraneka ragam, tentu berbanding lurus dengan meningginya kebutuhan bahan bakar, dan sejurus dengan itu maka eksploitasi bahan bakar fosil pun makin intens, jangan tanya dampaknya bagi alam bagaimana, anda pun sudah tahu bukan?"

"Kebanyakan memang betul yang barusan bapak sampaikan, namun bukankah sudah sewajarnya demikian? Dalam artian memang harus selalu ada konsekuensi atas inovasi?"

"Ya, setiap inovasi memang akan ada dampaknya, namun nilai yang hilang dari proses inovasi dewasa ini adalah aspek kemaslahatan, bukan hanya untuk manusia, tetapi juga alam sebagai tempat kita hidup. Ingat bahwa manusia juga punya hubungan yang erat dengan alam. Maka jika teknologi yang dihasilkan justru merusak alam, secara langsung juga manusia berusaha mencoba memutuskan hubungan dengan alam, dan jangan heran jika alam akan marah karenanya".

"Pantas saja bencana sekarang ada dimana-mana ya pak!"

"Begitulah, bukan hanya bencana kaitan dengan alam, bencana dalam tubuh  atau singkatnya penyakit, pun sekarang makin aneh-aneh daripada zaman saya dahulu. Paling tenar malaria, kalau sekarang kan udah ribet sekali namanya" Jawabnya dengan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun