Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa Takut Dipenjara

27 September 2019   21:25 Diperbarui: 27 September 2019   21:39 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Alexa_Fotos

Soal penjara? Tenang saja, disebut penjara sih terlalu kumuh, lebih tepatnya ini hotel bintang lima.

Orang-orang sepertiku ini adalah tipe warga binaan yang paling di hormati. Jangankan dibentak, dipukul, ditendang seperti tahanan di penjara pada lazimnya, disini ada yang berani menyentuhku pun takkan ada. Ya, di penjara aku masih berkuasa. Untuk makan? Jangan salah, restoran mewah pun akan kalah dengan hidangan yang kudapat disini.

Uang punya kuasa, beruntung sekali aku tidak dihukum mati. Ya, untuk hukuman 5 tahun ini tentunya takkan kerasa, belum soal remisi hari raya, hari kemerdekaan, hari pahlawan, hari valentine, ah banyak potongan pokoknya. Paling-paling 2 tahun saja aku harus menunggu disini. Cukup singkat untuk seseorang yang mengkorupsi uang rakyat miliaran rupiah.

Takkan khawatir bosan atau jenuh di sel. Toh aku tinggal minta dibelikan TV atau Smartphone. Tentu saja hal ini bisa dilakukan dengan mudah. Kan sudah kubilang, dengan uang semuanya akan beres.

Soal penjaga? Kepala lapas? Semuanya telah kubeli. Tidak sedikitpun aku merasa gusar berada disini. Sama sekali tidak ada penyesalan. Bahkan bahagia, yah setidaknya timbanganku tiap bulan selalu naik.

Mendengar namaku saja mereka ciut, apalagi jika kusodorkan sekoper uang dihadapannya. Ya, mereka akan takluk. Aku masih menjadi orang berkuasa di dalam sel ini, aku masih mempunyai nama besar, malahan disini aku semakin dihargai.

Aku hanya tinggal menunggu masa tahananku habis, dan setelah itu aku bisa berkumpul kembali bersama keluarga, dan tentu saja melakukan kembali bisnis pencucian uang yang selama ini terhenti. Ah terimakasih negeriku, engkau sungguh terlalu baik kepada kami-kami ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun