Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Jitu Menghindari dan Mengatasi Kata "Terserah"

13 Juni 2019   22:44 Diperbarui: 13 Juni 2019   22:48 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com/Rawpixel

Ini dia hal fundamental sekaligus jurus utama dalam menghindari munculnya kata "terserah" dari moncong gebetan. Kita sudah terjebak dalam kebiasaan yang menjemukkan dan berakhir dengan kepedihan ketika menanyakan kesediaan gebetan untuk diajak jalan. Kalimat yang lumrah digunakan adalah "Sis kalo malam ini kita nonton gimana ?" atau "Ay kita sekarang mau makan dimana ?" dan juga "Beb kita sekarang mau main kemana ?"

Saya jamin jika sampeyan masih menggunakan pola kalimat tanya seperti ini 90 persen jawaban dari doi adalah kata horor itu "terserah". Ini adalah kesalahan umum yang sampai sekarang tidak juga dipahami kaum adam, sehingga lingkaran setan kata "terserah" dari gebetan tak kunjung usai.

Sudah saatnya kaum adam membuka mata atas kesalahannya itu. Kata tanya terbuka macam diatas tentu akan memberikan multi jawaban pula, dan itu jelas menimbulkan kebingungan bagi doi untuk menjawabya, sehingga kata yang terlontar dari mulut manisnya adalah "terserah" dan akhirnya kita sendiri yang digantung.

Maka wahai kaum adam sudah saatnya kita menggunakan kata tanya tertutup untuk mengajak jalan gebetan. Sebagai contoh "Beb kalo malam ini kita nonton The Cak Nun mau apa nggak?" atau "Sis besok kita jalan - jalan ke Sidrotul Muntaha mau apa nggak?" dan juga "Beb kalo kita besok muncak ke gunung Sinabung mau apa nggak?"

Dengan pola pertanyaan tertutup macam diatas itu jelas meminimalisir munculnya jawaban "terserah" karena secara pola jawaban yang harus dijawab doi adalah antara mau atau tidak. Dengan begini kita para kaum adam tidak akan lagi merasa digantung atas jawaban doi, kalau mau ya sukur kalo nggak ya syedih.

4. Beri Penekanan

Jika dengan menggunakan teknik pertanyaan tertutup tadi doi masih saja bandel menggunakan kata "terserah" kita tidak perlu panik, kita gunakan jurus cadangan yaitu memberi penekanan. Misalnya "Sis nanti malem kita jalan ke segitiga bermuda mau apa nggak ?" dan ketika doi menjawab "terserah" disinilah kita harus melancarkan penekanan itu, tentunya dengan dibarengi raut wajah manis dan sedikit senyum yang menyeringai "Eh mau nggak beb ? Mau yah".

Dengan penekanan ini, setidaknya kita telah berusaha meyakinkan bahwa ajakan kita serius, dan kata "Mau yah" ini sebagai kata untuk memberikan sugesti jawaban pada doi supaya ia memberikan jawaban itu pula. Namun jika masih juga keluar kata horor bin haram jaddah "terserah" maka cara kelima ini saya rasa akan efektif menyelesaikannya.

5. Tawakal

Namanya juga hidup. Kadang realita tak seindah ekspetasi. Lagipula saran dari saya ini hanya sebuah hipotesis saja. Artinya untuk menguji kevalidannya perlu di uji dengan eksperimen secara langsung di lapangan. Lagipula presentase kebehasilannya suatu hipotesis itu kan ya 50 persen, jadi masih ada peluang bagi doi untuk tetap melancarkan serangan "terserah" tersebut.

Kalo berhasil yah setidaknya hipotesis ini valid, namun jika gagal yah berarti kita perlu tawakal menerima keadaan bahwa doi mungkin sedang ogah diajak jalan seraya menerima bahwa takdir tuhan adalah pilihan yang terbaik. Jadi Tawakal aja bro!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun