Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Korupsi dan Hilangnya Muruah Pendidikan Kita

18 April 2019   21:24 Diperbarui: 18 April 2019   21:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi. Sebuah kata yang amat memuakkan. Di tengah cita - cita negeri ini untuk bangkit dari keterpurukannya, korupsi seolah menjadi batu ganjalan besar yang menghambat tercapainya cita - cita mulia itu.

Korupsi adalah candu bagi masyarakat kita. Ia bukan hanya tindakan yang gemar dilakukan oleh oknum elit politik saja. Jangan salah, elit pendidikan pun tak terlepas dari perilaku korupsi juga rupanya.

Sebagai gambaran awal, berdasarkan laporan Indonesian Coruuption Watch (ICW) terhitung sejak tahun 2006 - 2015 menyatakan bahwa korupsi pendidikan telah merugikan negara sebesar Rp. 1,3 Triliun. Sungguh miris.

Sebagai lembaga yang katanya paling suci, paling berakhlak, dengan tujuan mencerdasakan kehidupan bangsa rupanya hanya sebatas isapan jempol belaka.

Masih berdasarkan laporan ICW, dari dana yang dikorupsi sebesar Rp. 1,3 Triliun itu, dinas pendidikan menjadi lembaga paling korup, dengan merampok Rp. 900 miliar uang negara. Selanjutnya sebagai lembaga pendidikan terkorup disusul oleh universitas, sekolah, pemkot, dan kemudian pemprov.

Kita dapat melihat dengan jelas, bahwa ternyata semua lembaga pendidikan tadi tidak ada yang sama sekali bersih dari perilaku korupsi.

Oke, kita tidak dapat menafikan bahwa memang tidak ada satupun lembaga negara yang bersih dari tindakan korupsi, namun yang patut disayangkan adalah jumlah dana yang dikorupsi tak main-main jumlahnya.

Hal yang patut disayangkan lainnya adalah sudah terbentuknya semacam kebenaran kolektif dari semua lembaga pendidikan bahwa tindakan korupsi seolah-olah merupakan keniscayaan.

Modus-modus yang sering dipakai para oknum elit pendidikan ini antara lain penggelapan, mark up anggaran, proyek fiktif, penyalahgunaan, suap, dan pemotongan anggaran.

Para oknum ini terjebak dan terperangkap dalam kesadaran magis. Mereka gelap mata melihat rasionalitas yang sebenarnya. Idealisme mereka untuk memajukan pendidikan luntur begitu saja, mereka mudah tergoda setan, mereka mudah terbuai rupiah.

Melihat realitas dunia pendidikan yang muram akibat marak bau-bau korupsi didalamnya tentu harus segera di sterilisasi. Jangan sampai pendidikan yang pada hakikatnya suci malah ternodai oleh hal-hal yang menjijikan seperti tindakan korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun