Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis, Kaum Proletar Menggalang Massa

12 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 12 Maret 2019   05:59 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkaca dari kasus pengkhianatan memorandum yang dilakukan oleh para kaum ikhwan bro, secara nyata membuat para kaum pro murka. Ical, Dede, dan Wahyu selaku motor utama pergerakan proletar kini sudah tidak bisa lagi membendung amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun kepala mereka. Dede mengambil inisatif strategi dalam situasi krisis tersebut. Ia menyusun siasat penuh perhitungan guna melancarkan serangan pada kaum bro.

"Saatnya kita menggalang massa!" Ujar Dede penuh keyakinan.

"Setuju De, Yu coba buat propaganda, kita oprek anggota" Balas Ical

Seruan Dede untuk melakukan penggalangan massa disambut baik oleh kompatriotnya itu. Wahyu dengan segera mengeluarkan isi tasnya, merogoh kocek dengan pasti, menjamah setiap jejal tasnya, sampai setelah cukup lama berjibaku di dalam tas, tangannya keluar sambil memegang sebuah spidol permanen. Secepat kilat Ical kemudian juga menyobek secarik kertas dari bukunya, ia merobeknya dengan keras, dibumbui amarah yang juga mengepul.

Dede tersenyum menyeringai, memperhatikan siasatnya diamini. Wahyu sadar akan tulisannya yang terlalu indah, ia lantas meminta Ical sebagai salah seorang dari ketiganya yang dari segi kualitas tulisan terbilang cukup memadai.

"Cal coba lu yang nulis nih, tulisan gua terlalu indah buat dipahami orang" Goda Wahyu.

"Yaelah, bilang aja runyem tulisan lu Yu" Gerutu Ical.

Setelah beberapa lama mencorat-coret pada kertas, Ical kemudian menampilkan hasilnya ke hadapan Wahyu dan Dede. Tulisannya berbunyi:

"Alerta!

Kepada para kamerad yang merasa tertindas oleh hegemoni kaum borjuis kapitalistik, merasa dirimu terkungkung oleh kuasa kaum borjuis, dikecewakan, dan di manipulasi, jangan bersedih, bangkitlah! Mari rapatkan barisan, perkuat pertahanan, sudah saatnya kita melawan!

Kaum Proletar Bersatulah!

Mari sore ini kita berkumpul di kantin kampus! Ganyang Borjuis!

Tabik!"

Isi pesan tadi disambut dengan tepuk tangan oleh Dede dan Wahyu. Mereka juga sempat kaget dan tak mengira bahwa Ical mampu menulis sebegitu bernasnya. Tanpa menunggu lama Dede langsung membawa hasil tulisan Ical ke Fotokopi, ia memperbanyaknya, dan secepat kilat menyebarkannya ke setiap kelas, menempelkannya ke setiap mading, dan tidak lupa memfotonya lalu disebarkan ke berbagai media sosial.

Tak kalah semangat, Wahyu pun melakukan hal serupa Dede. Ia begitu antusias menantikan pergerakan revolusioner yang akan mereka lakukan. Merontokan hegemoni, lepas dari status quo. Para mahasiswa yang berafiliasi pada kaum pro akan mereka persenjatai dengan teknik retorika yang menggebu, dan teknik berdebat yang mumpuni.

Seiring berjalannya waktu, hari pun menunjukan bahwa senja sebentar lagi akan tiba. Wahyu mulai mempersiapkan tempat penyambutan para anggota tambahan dengan rupa-rupa kudapan ringan. Ia sangat senang menyambut kedatangan para anggota baru yang akan hadir. Ical juga tak kalah sibuknya, sedari pagi ia terus blusukan membagikan brosur ajakan berkumpul ke setiap sudut kampus.

Dede malah rela menggadaikan barang jualannya untuk menggaet massa agar sore nanti mau hadir. Mereka begitu habis-habisan dalam rangka menggaet masa guna melancarkan revolusi atas rasa sakit hati pengkhianatan memorandum. Tentu mereka sadar bahwa terget terbesar mereka dalam meraih massa ada pada kaum abu-abu. Mereka sangat berharap besar banyak diantara mereka yang akhirnya menentukan pilihan untuk merapat sore nanti.

Sekarang tepat pukul empat sore, itu tandanya acara sudah siap dimulai. Namun sampai saat ini masih belum nampak satu pun anggota baru yang merapat. Ical nampak gelisah "Pada kemana yah ?" Tanyanya. "Tenang aja Cal bentar lagi juga pada nongol kok" Balas Wahyu. Benar saja, tidak lama muncul Izal dari balik semak belukar, entah sudah darimana ia sampai keluar dari situ, namun yang jelas kedatangannya menorehkan garis senyuman pada raut Wahyu, Ical, dan Dede. "Tabik!" Sambut Wahyu pada Izal.

"Selamat datang Kamerad Izal" Sorak Dede dan Ical.

Berselang lima menit kemudian, tampak Mou datang mendekat sambil menggenggam sesuatu ditangannya. Benar, ia datang sambil menenteng gorengan yang tampak baru ia beli karena jelas embun uapnya secara gamblang membasahi kresek. "Tabik Mou!" Sorak Wahyu. "Selamat datang kamerad Mou". Setalah kedatangan Mou kini hadir Setia dan Iman, keduanya berjalan dengan pasti menghampiri lokasi pertemuan. "Tabik!" Seru semuanya.

Setengah jam sudah berlalu, tampak tidak ada lagi yang bergabung dengan perkumpulan. Meski begitu Wahyu, Ical, dan Dede tampak lega karena untungnya ada empat orang yang akhirnya datang dan merapat. Walau masih di bawah ekspektasi mereka cukup senang pula.

"Oke, saya ucapkan terimakasih atas kedatangan para kamerad semua, saya harap pertemuan kali ini akan menjadi dasar akan perubahan di lingkungan ini" Sambut Dede dengan bijak.

Semua menyoraki dengan riang, Izal, Iman, Setia, dan Mou tampak cair sekali dalam perkumpulan. Semua seperti sudah tahu sama tahu akan tujuan dan visi pergerakan ini akan dibawa kemana dan menyerang siapa. Singkatnya akhirnya setelah kemudian berdiskusi mengenai landasan, alasan, dan tujuan pergerakan mereka akhirnya sepakat untuk membentuk aliansi yang terdiri dari tujuh orang tadi.

Khusus untuk empat orang yang baru mereka mengisi formulir pendaftaran, dan surat setia kepada perkumpulan, dengan nota kesepahaman untuk saling menjaga dan mengayomi antar sesama kaum proletar. Terbentuknya aliansi ini jelas menjadikan poros kekuatan ikhwan proletar menjadi penting untuk di perhitungkan, selain basis massa bertambah, basis pengaruh pun jelas akan mengikutinya.

Desas-desus ini ternyata sampai pula ke telinga Bale dan Bursh, mereka rupanya membaca pesan ajakan dari Ical tadi dan langsung menguntit pergerakannya. Merasa terancam akan kudeta yang mungkin akan dilancarkan para kaum ikhwan pro, Bursh dan Bale langsung melaporkannya pada kaum Bro. "Gawat, waspada 01, Kudeta" Tegas Bale. Jelas hal ini semakin menambah kewaswasan dari kaum bro. Posisi mereka jelas terancam, hegemoninya mulai terusik.

Dari sinilah kemudian ikhwan bro juga tak ingin kalah pengaruh. Bersama Egi, Ivan dan Roy mereka pun berencana membuat propaganda tandingan. Berusaha merebut massa dan meluaskan ekspansi pengaruhnya. Keadaan ini tentu membuat perang urat syaraf antara kedua kaum ini makin memanas, dan dalam waktu dekat mungkin lontaran serangan pertama akan segera dilancarkan oleh salah satu pihak. Siapa yang memulainya ? Dan kapan tepatnya ? Entahlah, segera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun