Berkaca dari kasus pengkhianatan memorandum yang dilakukan oleh para kaum ikhwan bro, secara nyata membuat para kaum pro murka. Ical, Dede, dan Wahyu selaku motor utama pergerakan proletar kini sudah tidak bisa lagi membendung amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun kepala mereka. Dede mengambil inisatif strategi dalam situasi krisis tersebut. Ia menyusun siasat penuh perhitungan guna melancarkan serangan pada kaum bro.
"Saatnya kita menggalang massa!" Ujar Dede penuh keyakinan.
"Setuju De, Yu coba buat propaganda, kita oprek anggota" Balas Ical
Seruan Dede untuk melakukan penggalangan massa disambut baik oleh kompatriotnya itu. Wahyu dengan segera mengeluarkan isi tasnya, merogoh kocek dengan pasti, menjamah setiap jejal tasnya, sampai setelah cukup lama berjibaku di dalam tas, tangannya keluar sambil memegang sebuah spidol permanen. Secepat kilat Ical kemudian juga menyobek secarik kertas dari bukunya, ia merobeknya dengan keras, dibumbui amarah yang juga mengepul.
Dede tersenyum menyeringai, memperhatikan siasatnya diamini. Wahyu sadar akan tulisannya yang terlalu indah, ia lantas meminta Ical sebagai salah seorang dari ketiganya yang dari segi kualitas tulisan terbilang cukup memadai.
"Cal coba lu yang nulis nih, tulisan gua terlalu indah buat dipahami orang" Goda Wahyu.
"Yaelah, bilang aja runyem tulisan lu Yu" Gerutu Ical.
Setelah beberapa lama mencorat-coret pada kertas, Ical kemudian menampilkan hasilnya ke hadapan Wahyu dan Dede. Tulisannya berbunyi:
"Alerta!
Kepada para kamerad yang merasa tertindas oleh hegemoni kaum borjuis kapitalistik, merasa dirimu terkungkung oleh kuasa kaum borjuis, dikecewakan, dan di manipulasi, jangan bersedih, bangkitlah! Mari rapatkan barisan, perkuat pertahanan, sudah saatnya kita melawan!
Kaum Proletar Bersatulah!