Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Memorandum in Memoriam

3 Maret 2019   19:47 Diperbarui: 3 Maret 2019   20:32 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com/Jarmoluk

Lepas dari kesibukan kuliah seperti biasanya para ikhwan mistis satu per satu kembali ke tempat peraduannya. Selasar masjid sebagai basecamp mereka kini terlihat lengang. Bursh dan Wahyu pun masih belum juga ada disana, padahal biasanya merekalah yang pertama sudah gogoleran manja disana. Aneh, bak di telan bumi, keberadaan mereka masih gaib sampai siang hari.

Dede dan Ical sampai ke selasar masjid dengan raut wajah penuh tanya. Tentu mereka mempertanyakan hal yang sama. Kemana Bursh dan Wahyu.

"Kemana si Bursh sama Wahyu yah Cal ?"

"Nggak tau, biasanya udah pada ngejogrok disini aja" Jawab Ical keheranan.

Tentu Dede menjadi khawatir dibuatnya. Pasalnya jelas, ketidakberadaan mereka berdua yang notabene berasal dari dua kubu bertolak belakang menimbulkan sedikit aura keresahan. Maklum saja pergulatan dan pergelutan antara ikhwan mistis borjuis dan proletar akhir-akhir ini sedang memanas. Sebabnya tidak lain karena ada pelanggaran memorandum yang beberapa waktu lalu kedua belah pihak sudah setujui.

Nahasnya tepat tiga hari yang lalu, Ivan menjadi aktor utama pemecah keharmonisan hubungan antara ikhwan mistis borjuis (Baca: Kaum Bro) dan ikhwan mistis proletar (Baca: Kaum Pro). Hal ini bermula pada suatu kala dimana Wahyu secara diam - diam sudah mentarget satu akhwat yang sudah lama ia tandai, bahkan secara ekstrem sudah ia mata - matai dan intai secara intensif.

Namun kenyataan pahit tiba - tiba saja harus didera Wahyu manakala secepat kilat dan tanpa aba - aba sebelumnya Ivan sudah mengajak akhwat incarannya itu jalan bareng. Wahyu dengan segala perasaannya sontak luluh lantak sedemikian hancurnya. Hal ini tentu saja segera wahyu utarakan kepada kompatriotnya Dede dan Ical.

"Cal siaga satu, pasal 2 memorandum!"

"Asli ? Siapa ?" Tanya Ical Kaget.

"Ivan!" Tegas Wahyu.

"Siap Yu, Analisis, Eksekusi!" Jawab Dede.

Wahyu begitu saja paham dengan perkataan dari Dede. Tugas Dede dari kaum Pro memang sebagai koordinator divisi intelejen dan sekaligus menanangi urusan spionase pergerakan kaum Bro. Dede memulai pengusutan dengan mengikuti arah langkah setiap anggota kaum Bro, mulai dari Egi dan Bale, namun ternyata keduanya nihil dari aksi sabotase incaran Wahyu.

Penyelidikan berlanjut pada sosok Bursh. Ia memang menjadi salah satu aktor paling mistis diantara kaum bro yang lainnya. Pergerakannya senyap, halus, dan merambat perlahan. Dede dengan segenap kesabarannya mengintai amat hati - hati, bahkan meski berkecimpung dalam semak pun ia lakoni. Dede sudah kadung penasaran dengan gerak gerik Bursh yang memang selalu tampak mencurigakan.

Di balik rimbunnya pepohonan, Dede mengintai dengan awas, terlihat Ivan dan Bursh tengah berbincang hangat, ditemani segelas kopi dan beberapa macam gorengan. Wajah mereka sumringah, dan beinteraksi begitu hangat. Sampailah pembicaraan mereka pada satu titik dimana Dede akhirnya menemuka benang merah keterkaitan Bursh, Ivan, dan pelanggaran memorandum antara kedua belah pihak. Dede menyimak perbincangan mereka secara seksama.

"Gimana Van jalan kemaren lancar nih ?" Rayu Bursh.

"Aman dong"

"Yah, bisa kali martabak buat ucapan terimakasih mah" Tegas Bursh sambil menyeringai.

 "Gampang" Jawab Ivan sambil terkekeh.

Dede kemudian mencatat setiap detil percakapan antara Bursh dan Ivan dengan detail dan sistematis. Tanpa panjang lebar, hasil penelusuran tadi langsung saja dilaporkan kepada Wahyu dan Ical. Mendengar hasil itu, mereka jelas kaget dan terperangah. Belum lama sejak memorandum ditandatangani, sudah begitu saja ketetapan itu diinjak - injak tanpa harga.

Siasat kemudian dibuat oleh para kaum pro. Mereka jelas tidak terima dengan kelakuan yang dilakukan oleh Bursh dan Ivan. Perang dingin dan perencanaan sabotase terhadap mereka siap dilancarkan. Wahyu jelas menjadi sosok utama dalam melancarkan agresi militer ini. Sementara itu Ical dan Dede berperan sebagai penembak mortar dari jarak jauh. Memberikan celah lebar bagi Wahyu untuk melancarkan serangan secara lebih leluasa.

Aksi dimulai dengan lontaran propaganda yang dimulai oleh Ical lewat selebaran yang mengatasnamakan bahwa kaum bro telah melakukan tindakan diluar nota kesepahaman. Disana jelas tidak dicantumkan nama jelas, sekedar clue dan ciri khusus. Namun jelas serangan itu mengarah telak kepada kaum bro, yaitu Bursh dan Ivan.

Dalam propaganda tersebut bahkan dicitrakan bahwa mereka layaknya "Serigala Bersisik Berkepala Empat" yang memiliki pemaknaan sebagai hewan buas yang rakus dan bisa berganti kepribadian semaunya. Melihat penyebarannya yang mulai meluas, jelas kabar itu sampai juga ke telinga Bursh dan Ivan. Tersinggung menjadi kata awal yang hinggap di pikiran mereka. "Wah dia nuduh - nuduh kita nih!" Geram Bursh kesal.

Tampak sudah, bahwa pergumulan antara kaum bro dan pro akan kembali memanas. Bursh menjadi tokoh utama sebagai pemantik api amarah khususnya dari kaum pro. Integritas terhadap kesepahaman menjadi hal yang sudah dilangkahi Bursh dalam persoalan ini. Sikap culasnya memulai permasalahan ini kembali bergulir. The beginning of the next war.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun