Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Bawah Naungan Teknologi, Sebuah Sikap Orangtua Membina Anak

7 Januari 2019   20:23 Diperbarui: 7 Januari 2019   20:49 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Educenter.id

Kemajuan bidang teknologi secara nyata membawa dampak perbaikan kualitas hidup manusia yang tidak terkira. Kemudahan yang diberikan oleh teknologi rupanya tidak sekedar bisa dicicipi oleh orang dewasa semata, anak - anak pun kita tahu menjadi objek manfaat dari adanya teknologi, lebih lagi kini ternyata anak - anak bertransformasi menjadi subjek pengendali teknologi itu sendiri.

Tentu perubahan itu sejalan dengan karakteristik generasi millenial yang melek teknologi. Ini sejalan pula dengan pendapat Don Tapscott (2008) Ia mengatakan bahwa ciri utama dari generasi millenial adalah melek segala macam informasi dan teknologi. Maka tak heran Tapscott menyebut generasi ini sebagai generasi internet atau Net-Generation.

Satu hal yang menjadi topik perbincangan adalah fakta bahwa saat ini kemudahan teknologi membuat anak menjadi candu terhadapnya. Parahnya dari kecanduannya itu membuat gaya hidup anak - anak menjadi jauh dari kodrat alamiahnya. Neil Postman (2011) mengatakan bahwa di Amerika sebagian besar anak - anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk menatap layar televisi dibanding berinteraksi dengan teman sejawatnya.

Jelas kekhawatiran Postman didasarkan pada bahaya dari tayangan televisi sendiri, dengan kualitasnya yang buruk akan mencuci otak anak menjadi melenceng dari kodratnya. Mulai dari tayangan televisi yang banyak mempertontonkan tayangan yang tidak senonoh, kekeresan, dan bullying, tentu jika tontonan itu terlalu lahap dikonsumsi oleh anak - anak, nantinya akan membuat mereka lebih berpeluang untuk melakukan tindakan seperti yang apa mereka tonton.

Apalagi di era sekarang yang lebih canggih, dengan ukuran layar yang semakin user friendly dan efisien secara bentuk, ditambah juga dengan arus informasi yang semakin lebar lagi cepat untuk diakses, makin memudahkan anak -anak untuk melakukan tindakan yang menyimpang. Memang anak tidak begitu saja berinisiatif melakukan penyimpangan, namun pengaruh lingkungan dan lemahnya kontrol orang tua lah yang menyebabkan penyimpangan itu bisa terjadi.

Begitulah, penyimpangan penggunaan teknologi yang dilakukan oleh anak - anak terjadi karena tidak dibarengi dengan edukasi. Tugas mengedukasi anak - anak sendiri jelas uatamanya berada di pundak orang tua.

Ki Hadjar Dewantara (2009) secara tegas mengatakan bahwa keluarga atau orang tua adalah sekolah pertama yang memegang peranan kunci dalam pengembangan karakter anak. Semakin anak dididik dengan baik di keluarga, maka nantinya baik di lingkup sekolah atau masyarakat mereka mempunyai modal dasar untuk mengahalau jangkitan virus dan sifat tercela.

Nahasnya saat ini orang tua justru membiarkan begitu saja anak - anak untuk menggunakan teknologi tanpa dibarengi edukasi. Pemberian teknologi kepada anak hanya didasarkan pada asumsi "Biar nggak rewel, biar diem." Ini yang menjadi sebab anak tidak terkontrol dan dengan rasa ingin tahunya yang tinggi menjadikan mereka secara membabi buta melampiaskan rasa penasarannya, hingga tak heran banyak anak yang sudah mulai tahu soal hubungan seks, tawuran, perampokan, pornografi dan hal - hal negatif lainnya.

Dalam kasus ini jelas anak adalah korban. Mereka menjadi korban dari kelalaian orang tua untuk menjaga dan membimbingnya. International Society for Technology of Education (ISTE) pada tahun 2017 mengeluarkan standar yang harus dipenuhi oleh pendidik dalam mengembangkan kemampuan teknologi anak secara baik. Tentu kata pendidik disini tidak merujuk hanya kepada guru, namun juga orang tua termasuk didalamnya.

Salah satu dari tujuh standar yang harus dipenuhi itu adalah Citizen, ini berarti bahwa orang tua haruslah menjadi model bagi anak sebagai pengguna teknologi yang bijak, baik, dan benar.

Kemudian orang tua juga memberikan pemahaman kepada anak mengenai manajemen soal penggunaan teknologi, misalnya cara berkomunikasi, beretika, sampai pula pada manajemen data personal dalam teknologi, misalnya penggunaan akun sosial media.

Sikap orang tua yang baik untuk membina anak dalam dunia penuh teknologi seperti sekarang ini adalah berusaha untuk lebih melek teknologi dari anaknya, terutama usia - usia krusial, mulai dari tingkat PAUD sampai SD.

Terlebih, di usia emas tersebut orang tua perlu meluangkan banyak waktu untuk membimbing anak sehingga memiliki karakter yang mulia dan tentunya menjadi pengguna teknologi yang bijak. Pengembangan karakter dasar anak yang baik sangat bergantung pada kemauan orang tua untuk mendidik anaknya secara baik pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun