Padahal jelas tidak semua demikian. Dengan segenap kepasarahan, label itu mau tidak mau sudah menempel pada setiap jidat setiap ikhwan di kampus, terlebih lagi anggota BINMAS sebagai pemantik problema ikhwan mistis ini muncul.
Awalnya memang semua geram dengan julukan itu, namun sebagian pihak kemudian nyatanya malah berbangga hati dengan julukan barunya itu. Apalagi Roy, Bursh, Bale, dan Egi serta kader muda bernama Ivan sebagai anggota yang sering merasa kegantengan, elektabilitas dan eksistensi mereka sebagai penakluk dan penarik perhatian akhwat jelas makin menanjak. Julukan mistis nyatanya malah memperjelas posisi mereka dalam percaturan konspirasi keakhwatan di kampus.
Lanjut dengan anggota lain yang biasa - biasa saja, pun seiring berjalannya waktu pada akhirnya tidak lagi merasa terbebani dengan julukan ikhwan mistis. Ini didasarkan pada berbanding lurusnya pengakuan terhadap mereka sebagai orang - orang yang memiliki pengaruh di kampus. Ikhwan mistis, dulu dihina sekarang dipujanya.
Basis pergerakan ikhwan mistis jelas berada pada ranah yang tidak dijangkau raga secara fisik. Mereka bergerak dalam diam, mengintai dalam keheningan, siap menerjang tanpa suara, dan kemudian menghilang tanpa jejak.Â
Terkadang di sisi lain, khusunya bagi akhwat, para ikhwan mistis dianggap bisa saja meninggalkan kesan mendalam yang tersimpan dalam kalbu, walaupun juga mereka kerap pergi tanpa permisi, menghilang tanpa berbincang, bahkan memancing amarah yang tak tertahankan.
To be continued!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H