Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menengok Wajah SMK di Indonesia

28 Desember 2017   06:23 Diperbarui: 28 Desember 2017   13:25 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : setkab.go.id

Dewasa ini perkembangan teknologi dan informasi kian berkembang pesat. Industri - industri di segala bidang makin merebak dimana mana, hal ini terjadi akibat kebutuhan manusia yang semakin kompleks pula. Demi menjamin kebutuhan industri tentu saja dibutuhkan sumber daya manusia yang bermutu dalam mengolah dan menjalankan industri tersebut.

Dalam mencetak sumber daya manusia yang bermutu dalam dunia industri tentu saja diperlukan serangkaian upaya pendidikan didalamnya. Disini, SMK memegang peranan penting dalam menjawab kebutuhan industri tadi. SMK atau yang dulunya sering disebut STM merupakan lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan.

Disana banyak sekali program keahlian yang mampu mengembangkan potensi para peserta didik sesuai minat, bakat, dan keahliannya masing - masing. Hal ini sejalan dengan tujuan SMK yang tertuang dalam UU Sisdiknas yaitu mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam suatu bidang tertentu.

 Tentu dengan hadirnya SMK di Indonesia dapat membawa angin segar bagi negara ini dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang kian canggih dan dapat memenuhi kebutuhan industri kita serta mengembangkan para entrepreneur muda dalam memajukan negara Indonesia.

Sayang seribu sayang memang jika kita lihat kondisi SMK di negeri kita ini, banyak pandangan negatif yang melekat pada lembaga pendidikan ini. SMK yang juga sering disebut sekolah teknik, dalam pandangan masyarakat lekat dengan istilah sekolahnya para pelajar laki - laki, wajar saja kalo banyak yang bilang pergaulan di SMK itu keras. Bahkan ada yang bilang isi SMK itu banyak premannya.

Bukan hanya lekat dengan pandangan negatif saja, SMK sebagai lembaga pendidikan yang mencetak para pelajar yang siap kerja nyatanya belum mampu menjawab kebutuhan industri. 

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) pengangguran ironisnya kini didominasi oleh pelajar - pelajar lulusan SMK. Lho gimana nih ? katanya udah siap kerja ? ko malah banyak yang nganggur ?

Sebagai seorang lulusan SMK, tentu penulis pernah mengalami sulitnya mencari kerja ketika lulus. Bahkan mau lulus pun takut, mengapa takut ? yah jelas karena ilmu yang diperoleh disekolah nyatanya masih dibawah standar dari apa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Ditambah lagi proses pembelajaran SMK yang penulis alami nyatanya tidak berbeda jauh dengan SMA, yah banyaknya dengerin guru ceramah.

Bingung ketika lulus mau kerja kemana ?, mau kuliah apa ngga ?, mau usaha tapi usaha apa ? itu yang menghantui para pelajar SMK ketika momen lulus tiba. 

Bekal pengetahuan dan keterampilan yang pas - pasan menjadi penyebab utama mengapa banyak lulusan SMK yang kesulitan mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan kuliah. bahkan banyak juga yang pada akhirnya bekerja namun tidak sesuai jurusan yang dipelajari disekolah. Lulusan komputer ko malah kerja di retail ? lulusan farmasi eh malah kerja di konveksi ? 

Kerja memang tidak usah pandang bulu, yang penting halal, tetapi untuk standar lulusan SMK yang harusnya bekerja sesuai bidang keahliannya, ternyata masih jauh dari kata berhasil.

Lalu selama ini ngapain aja selama kalian sekolah hey ? tawuran ? cinta - cintaan ?  atau cuma nonton guru ceramah ? Nah itu tadi pertanyaan kepada para pelajar kita di SMK.

Iklan - iklan dan promo SMK jujur saja lebih menggiurkan dan menyita perhatian para orang tua, jaminan lulus siap kerja, fasilitas yang lengkap, dan relasi dengan  perusahaan - perusahaan ternama terpampang di poster - poster yang  banyak membuat orang tua tertipu dan terperana. Banyaknya yah modus!.

Mau kerja bagaimana kalo yang diajarkan ternyata dibawah standar umum perusahaan, wong pas testing kerja malah pelanga - pelongo, toh disekolah yang gitu - gitu belum pernah rasanya diajarkan. 

Mau kuliah juga susah, testing masuk malah pelanga - pelongo juga, toh disekolah ngga ada pendalaman materi bagi yang ingin melanjutkan kuliah. Mau wirausaha bagaimana, pengembangan sikap wirasusahnya juga kurang! Kalo masalah tawuran sama balap disini jagonya!

Itu hanya mayoritas dari pelajar SMK, namun kita patut bangga juga bahwa masih ada sebagian kecil dari pelajar SMK yang mampu membawa harum bangsa ini dalam kontes - kontes di tingkat nasional bahkan internasional. Namun sayangnya hal tersebut belum cukup untuk memajukan negeri ini.

Lembaga pendidikan ini perlu segera berbenah guna dapat menangani setiap masalah yang ada didalamnya. penting juga bahwa jika SMK ingin mencetak lulusan yang siap kerja, tentu harus dibarengi dengan fasilitas belajar yang memadai pula bagi para siswanya. Kemudian dari segi guru dan pembelajaran harus juga dibenahi, porsi metode demonstrasi dalam pembelajaran tentu harus lebih banyak dan intens daripada dengan metode ceramah.

Kerjasama dengan perusahaan yang sesuai program keahlian disekolah tak juga kalah penting dalam memahami standar umum perusahaan terhadap kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswanya, tentunya agar mereka dapat mengetahui kebutuhan industri dan ketika lulus memiliki kompetensi yang bermutu dalam dunia kerja.

Satu lagi, sekolah juga tidak boleh menutup mata jika ada dari siswanya yang berniat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sekolah harus juga memfasilitasi mereka dengan bimbingan akademik serta bimbingan karir agar mereka bisa melanjutkan  minatya untuk kuliah.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun