...Kalau kemarin saya mensyukuri Rei ada di Pesantren selagi melihat anak-anak teman sebayanya nakal, ugal tak karu-karuan, sekarang ini malah terbalik sedih, membayangkan dia tidak bisa bermain lepas layaknya anak-anak seusia dia. Itu ketika melihat tayangan TV 7 acara si Bolang. Ada sekumpulan anak-anak yang cerah ceria bermain sambil belajar di alam terbuka. Tawa lepas, sikap lepas, bermain serta belajar lepas mengiringi keseharian mereka.
...Mereka menapaki dan meniti jalan di pematang kehidupan kekanakannya sambil sesekali tercebur dan jatuh terjerembab didorong kenakalan teman-temannya. Itulah rona kehidupan di mana anak tuntas merampungkan tugas dari masa perkembangan hidupnya. Sedih rasanya membayangkan semua itu tidak benar benar lagi dinikmati oleh Rey anak saya.
...Di pesantren dia juga masih bisa bermain, di sela-sela belajar yang cukup padat. Terlebih sekarang ini sedang digodok persiapan menghadapi ujian nasional. Porsi bermain menjadi sangat langka, karena hidup keseharian telah diprogram oleh pemegang otoritas ‘kebaikan’ pesantren, dan didikte kedaulatan kurikulum pendidikan nasional.
...Menjadi seperti apa anak buah hati kami, sebagai orang tua tinggal mempercayakan harapan itu kepada kebijakan program pengasuh dan pimpinan pesantren. Sejauh ini kami percaya itu. Karena dari dalam pesantren itu anak kami sudah jauh berbeda lebih baik dari sewaktu pertama kali masuk ke situ. Antara lain dia dan teman-temannya sudah fasih berbahasa Arab, segampang mereka berkumur sehabis bersiwak.
. ..Lalu apa yang jadi soal? Sepertinya semua berjalan baik-baik saja. Itulah sedihnya. Sulit bagi kita menyayangkan kekurangan sesuatupadahal kepada hal tersebut kita sudah percaya dan berharap banyak dari situ.
...Tentunya sebagai sebuah saran, tidak ada salahnya kita menyampaikan rasa ini sebagai masukan. Siapa tahu bisa dipertimbangkan.
...Kalau boleh disarankan berikan waktu kepada para santri untuk bisa menikmati dunia mereka. Masa anak-anak adalah masa bermain, tentunya di samping belajar. Masa remaja, masa mencari jati diri, juga sekali-sekalibermain sambil belajar. Sehingga kelak setelah dewasa nanti mereka tidak terlalu bermain-main, bahkan mempermainkan tanggung jawab. Tanggung jawabnya sebagai tugas yang harus dia emban di masa itu.
Rahman Wahyu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H