Kita perlu memahami istilah “Ibu Negara” tersebut tidak dalam konteks yang serius atau berdasarkan konsep aslinya yang berarti istri presiden namun istilah tersebut dimaksudkan untuk menyanjung sang ibu dari penutur maupun mitra tutur.
Setelah memilih konteks yang sesuai, selanjutnya kita perlu mengetahui sarana atau media tutur sehingga tuturan kita bisa menyesuaikan baik itu menggunakan media langsung maupun tidak langsung.
Terakhir, kita perlu mematuhi prinsip kerja sama sehingga tidak ada yang merugi antara penutur maupun mitra tutur. Dengan demikian, jika kita bisa menerapkan aspek-aspek yang bisa menjadi strategi dalam bertutur tersebut, maka situasi tuturan pun akan berjalan dengan lancar.
Penulis:
1. Rahma Nur Laila
2. Dr. Muhammad Rohmadi M.Hum.