Sekitar 7 tahun yang silam, siapa sosok bernama Maman, tidaklah penting untuk dikatahui. Kiprahnya dalam kehidupan, tak lebih dari seorang sopir Angkot yang berusaha untuk bertahan hidup, dengan mengais rezeki di balik deru mesin-mesin, di kota Metropolitan, Makassar. Resiko sebagai anak perantau dari pelosok desa nan jauh di propinsi lain, membuatnya harus tegar berdiridiatas kaki sendiri, meski tanpa keluarga, tanpa sanak saudara.
Maman telah menjalani kehidupannya sebagai sopir Angkot maniak, selama belasan tahun. Sebelum akhirnya tersingkap secercah cahaya, yang menjadi titik balik kehidupannya. Berawal dari saat itu, di hari minggu. Maman mendapat carteran PP ke suatu daerah. Karena jaraknya cukup jauh, ia pun tiba kembali di rumah kosnya sudah larut malam. Tepatnya sekitar pukul 01.30 Dini hari.
Ada yang menohok, dalam perjalanan pulang itu. Sesaat sebelum sampai di kosnya, Maman melihat seorang bapak yang tak lagi muda, dengan usia kisaran diatas 50-an tahun. Namun ironisnya, mereka masih saja bekerja keras dalam kondisi yang semakin larut itu. Yah, mereka masih bergelantungan sana-sini, sambil mengelas dan mengecor sebuah bangunan bertingkat.
“Hmmm… Tuhan, apa yang dilakukan oleh bapak tua itu semasa mudanya dulu yah? Mengapa justru dimasa tua, dimana sejatinya ia sudah harus istirahat menikmati hari-hari indahnya bersama keluarga tercinta. Namun faktanya, ia masih terus ‘dipaksa’ bekerja seolah tak mengenal waktu, demi untuk sesuap nasi. Tuhan, akankah hidup saya, kelak sama seperti mereka? Sungguh, aku tak mau menjalani hidup seperti itu. Tuhan, tunjukkanaku, jalan hidup terbaikku.”
Demikian doa Maman, pasca melihat pembelajaran yang terjadi begitu nyata didepan matanya. Keesokan harinya ia sempat Istirahat sehari. Digunakannya waktu itu untuk merenung, melakukan “PIT-STOP” kehidupan, hingga berujung pada suatu pernyataan:
“Meski engkau melakukan hal-hal yang biasa,
namun tetaplah lakukan dengan cara-cara yang luar biasa”
Setelah kejadian itu, Maman memang masih tetap membawa Angkot, namun kali ini ia melakukan dengan cara-cara yang berbeda, sebagaimana tampak dibawah ini.
[caption id="attachment_339033" align="aligncenter" width="636" caption="Sumber: Dokpri Rahman Patiwi"][/caption]
Kini, secarik kertasbersama sebuah balpoin, selalu menyertai disetiap aktivitas narik Angkotnya. Hal itu ia lakukan, karena Maman telah merubah konsepnya dalam bekerja. Menurutnya, meski orang melihat ia bekerja keras narik Angkot ditengah teriknya matahari, namun sesungguhnya ia merasa sedang kuliah pada Universitas Ilmu Kehidupan. Fakultas Kehidupan Nyata, Jurusan Personal Developments.
“Angkotku adalah Kampusku” itulah katanya. Kalau begitu siapa Dosennya? Yap, Dosennya tidak kalah keren bahkan siap “pilih tanding” dengan dosen-dosen lainnya yang ada di kampus sungguhan. Disana hadir Hermawan Kartajaya, Tung Desem Waringin, Jamil Azzaini, Antonio Dio Martin, dan berbagai para dosen praktisi hebat lainnya. Mereka hadir di Angkot Maman, melalui radio SMART FM yang setia menemani setiap saat.
Itulah yang selalu ia simak baik-baik, lalu mencatat kesimpulannya di selah-selah ngetem. Atau pada saat istirahat sejenak, sekedar untuk melepas penat. Dan ketika pulang di rumah disusunlah secara rapi apa pembelajaran hidup yang telah di perolehnya. Berkat tekadnya untuk bertumbuh secara berbeda melalui terus belajar dengan segenap kerendahan hati, menjadikan kini hidupnya pun berubah. Pendeknya ia telah berubah 180 derajad jika dibandingkan dengan profesi awalnya sebagai sopir Angkot.
[caption id="attachment_339034" align="aligncenter" width="658" caption="Sumber: Dokpri Rahman Patiwi"]
Maman kini telah menjadi seorang Guru Bimbingan Konseling (BK), pada salah satu Sekolah SMK Swasta, di Makassar. Namun karena prinsipnya, “Lakukan sesuatu dengan cara cara yang luar biasa, meski dari hal yang biasa” menjadikan dirinya pun berbeda dengan guru yang lainnya. Ia tidak hanya guru, tetapi juga sebagai WTS. Yah, tepatnya Writer, Trainer & Speaker. Juli 2014 kemarin bukunya pun berhasil di luncurkan oleh Penerbit Mizan dengan Judul METAMORFOSA; Change Your Life Touch Your Dream.
Pada saat yang sama Maman pun kerap di undang sebagai pembicara dalam berbagai acara. Mulai dari acara talks show di radio, menjadi pengasuh kolom inspirasi usaha pada sebuah majalah, hingga memenuhi undangan training Motivasi dan personal developments, sebagaimana tampak pada foto diatas. Kini, cerita tentang kegetiran kehidupannya sebagai sopir Angkot, tinggal menjadi kenangan indah yang pernah terpahat di lintasan transformasi kehidupan.
Siapa sesungguhnya Maman itu? Yah, tak lain itu adalah Nama kecil dari Rahman Patiwi, sang penulis artikel yang kini sedang anda baca. Pertanyaannya, mengapa kemudian saya begitu getol, melakukan gerak lebih cepat dan siap berduel di lintasan transformasi? Karena saya berfikir bahwa semua itu adalah bagian dari MEMBELI MASA DEPAN saya, dengan HARGA SEKARANG.
Yah, terseok memang. Tetapi membeli dengan harga sekarang, yakinlah! itu jauh lebih MURAH, ketimbang harus menebusnya dengan begitu MAHAL diusia tua. Membeli masa depan dengan Harga sekarang, itu adalah INVESTASI, yang kelak menjadikan kita lebih baik. Namun bila mengabaikannya, kelak akan menjadi BIAYA, yang harus ditebus dengan begitu mahal dan menyakitkan, sebagaimana dalam kisah bapak tua diatas tadi.
Sebenarnya, ketika kita melakukan gerak lebih cepat saat menjemput masa depan, maka masa depan itu sendiri akan mendekat kepada kita secara otomatis. Namun semua itu terjadi, hanya jika kita tahu caranya. Seperti apakah itu? Tanpa bermaksud menggurui, ijinkan saya berbagi tips. Menurut saya, ada 3 komponen utama dimana kita harus bisa meresponinya secara tepat. Mengabaikan hal itu, kita akan dilibas habis tanpa pernah bisa memberikan perlawanan berarti. Hal itu meliputi:
Tips #1: Kenali Komponen Pengubah
[caption id="attachment_339038" align="aligncenter" width="649" caption="Sumber: Ilustrasi I Gerak lebih cepat: Kompasiana.com"]
Gambar tersebut diatas, sungguh memiliki insight, alias pencerahan yang sangat dalambagi kehidupan. Waktu adalah komponen pengubah yang sangat luar biasa. Kehadirannya yang bisa ditandai seiring dengan detakan jarum jam dinding. Ia terus bergerak mencipta perubahan USIA FISIK, yang kerap tidak diikuti oleh USIA MENTAL.
Padahal, usia Mentallah yang mencipta kualitas hidup bagi seseorang. Karena itu aksi terarah harus terus dipacu dengan gerak lebih cepat. Bak spido-meter yang mampu bergerak dengan kecepatan maksimal, agar bisa menjadikan usia mental bergerak lebih cepat mengungguli usia fisik. Sebab jika tidak, waspadalah! karena waktu seolah ingin berkata sebagai berikut:
“Hai, bro..!
tak ada satupun yang tidak di telan waktu.
Nyadar ga lo, besi aja yang begitu keras gua lumatin,
melalui mekanisme perkaratan, apa lagi Cuma lo.
Ketahuilah..! Di tanganku, menjadi tua itu pasti,
menjadi suksesbelum tentu bro..” He..he..he..
Begitu kira-kira pesan ‘ketus’ sang waktu, jika kita menggunakan bahasa rileks. Menyadari hal itu, muncul pula pesan padagambar tersebut diatas, bertulis: “L.A. LIGHTSLET’S DO IT !”Seolah kalimat itu ingin menjawab dari gertakan yang di lontarkan oleh sang waktu diatas. Dengan nada rileks yang sama, pesan itu seolah ingin berkata pula:
“Karena itu bro…!
LARILAH, mengejar impianmu tanpa henti…
ACTION-lah, dengansegenap kesungguhanmu disertai strategi. Karena…
LIGHTS, kelak menjadi keniscayaan bagi masa depan kamu nanti. Jadi…
LET’S DO IT, Lakukan GERAK LEBIH CEPAT, Ga usah pake Ba..Bi..Bu..” He..he..he..
Tips #2: Kenali Asset Terbaikmu
[caption id="attachment_339039" align="aligncenter" width="642" caption="Sumber: Ilustrasi : Dokpri I Picture: Kubik Training"]
Agar gerak lebih cepat itu mudah terarah, maka padukanlah dengan konsep kedua ini. Setiap orang memperoleh jatah yang sama, berupa 86.400 detik waktu dalam sehari. Namun anehnya, meski jatah itu sama, tapi kualitas hidup yang kelak akan mewujud, berbeda-beda pada setiap orang. Mengapa bisa begitu? Yah tergantung siapa yang bisa mengenali Asset diri, sebagai senjata terbaiknya ketika berduel di lintasan, melawan “manuver” sang waktu.
Pada dasarnya, setiap kita telah di install asset terbaik pemberian Tuhan yang dibawa sejak lahir. Pembenaman itu diberikan serangkaian dengan adanya misi tunggal yang akan di emban di dunia, agar kita bisa menjadi yang terbaik. Karena itu diberilah 3 komponen asset utama sebagai senjata terbaik dari-Nya. Hal itu meliputi: Asset Fisik, Asset Kecerdasan, Asset Hati.
Sayangnya Ketiga asset itu, masih bersifat “gelondongan” yang harus diasah. Nah, siapa yang bisa mengasahnya dengan tepat akan mencipta perbedaan yang sangat distingtif, alias beda telak dengan yang lainnya. Itulah yang saya asah ketika saya masih jadi sopir Angkot. Hasilnya saya berbeda dengan sopir lainnya. Ketika sudah menjadi guru pun, Itu pula yang terus saya asah. hasilnya, lagi-lagi menjadikan kiprah saya beda telak dengan guru lain pada umunya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara mengasahnya?
Tips #3: Asah Asset Terbaikmu
[caption id="attachment_339040" align="aligncenter" width="660" caption="Sumber: Ilustrasi I Dokpri I Picture: Kubik Training"]
Ketiga Asset itu ternyata memiliki lintasan masing-masing, sebagai tempat untuk mengasahnya.
1.Asset Fisik diasah pada lintasan KERJA KERAS. Pada otot fisik manusia, terdapat yang namanya myelin. Dengan kerja keras, myelin akan aktif, dan itu yang menjadikan kita memiliki endurance sehingga tidak mudah melempem ketika dipacu pada lintasan transformasi kehidupan. Jadi siapkan diri anda berkeringat, niatkan itu sebagai ibadah, yakinlah tak satupun yang sia-sia.
2.Asset Kecerdasan, di pacu di lintasan KERJA CERDAS. Agar hasil kerja kita mampu memberikan impek yang maksimal bagi kehidupan, maka jangan hanya andalkan kerja keras, tapi kombinasikanlah dengan kerja cerdas. Kerja cerdas ditandai dengan adanya 4-ON, yang selalu ON. Hal itu meliputi: VisiON, ActiON, PassiON, dan CollaboratiON. Seberapa besar spektrum ke 4-ON itu mampu digemahkan, menunjukkan seberapa cerdas kita. Kerja Keras, MENGORBITKAN USAHA, Kerja Cerdas MENGALIKAN USAHA, Jadi padukanlah..!
3.Asset Hati, Dipacu pada lintasan KERJA IKLAS. Kerja Ikhlas artinya kemampuan kita untuk mengeluarkan partikel-partikel negatif dari pikiran kita, yang bisa penghambat kemampuan mengakses kualitas kinerja terbaik kita. Kalau Kerja Keras Mengorbitkan usaha, kerja cerdas mengalikan usaha, maka kerja iklas MENGKUALITASKAN USAHA, sehingga usaha anda memiliki nilai yang lebih mahal, meski dalam volume yang sama. Sebab didalamnya sudah terjadi proses METAMORFOSA, dari semula yang hanya batu biasa, kini sudah menjadi batu permata. Jadi, biasakan selalu merespon POSITIF dalam situasi NEGATIF sekalipun.
Olehnya, yuk kita lakukan gerak lebih cepat menaklukkan tantangan yang ada, dengan amunisi dari asset terbaik yang kita miliki diatas. Jika kita mengasah Asset tersebut lebih dini, itu sama artinya kita berusaha untuk membeli MASA DEPAN dengan HARGA SEKARANG. Percayalah..! Itu jauh lebih murah dan menjadi INVESTASI, atau abaikan dan akan menjadi BIAYA di masa tua, yang kelak harus ditebus dengan sangat mahal dan menyakitkan. Jadi, mau pilih INVESTASI atau BIAYA, Anda sudah tahu jawabnya, bukan? So, Renungkanlah..!
Terima kasih, Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H