Mohon tunggu...
Rahman Mangusara
Rahman Mangusara Mohon Tunggu... Penulis - Pilot Drone

Pilot Drone yang Suka Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

The Power of 'Kaum Sein Kiri Belok Kanan'

4 Juni 2021   15:18 Diperbarui: 4 Juni 2021   18:26 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


''Oke..Kuakui memang emak-emak selalu tidak fokus,'' katanya bersemangat dengan tarikan wajah dibuat-buat. 

Sambil duduk di sofa panjang dia melanjutkan dengan bahasa Indonesia logat Sulawesi Selatan yang kental, ''Pikiran kami selalu ada di rumah. Masih ada itu lombok biji? Masih ada itu ikan? Sudah kubayar belum arisan? Jadi, wajar kesalahan weser (banyak orang di Makassar memakai kata ini untuk menyebut lampu sein --penulis) di jalanan."

Pernyataan emak-emak yang mengaku sebagai Ketua Umum Asosiasi Komunitas Ibu Rumah Tangga Racing Club yang diunggah banyak kanal YouTube itu, mudah dipastikan, dimaksudkan sebagai konten lucu-lucuan dan karenanya tidak bisa dipertanggunjawabkan kebenaran dari alasan kenapa banyak ibu-ibu berkendara motor di jalan raya memberi tanda belok yang salah. Sein kiri menyala berkedip-kedip namun dia berbelok ke kanan (tentu saja tidak sedikit ibu-ibu yang benar dalam menyalakan lampu sein).

Begitu seringnya kita menemukan perilaku berkendara yang membahayakan dirinya dan orang lain itu, membuat ibu-ibu  mendapat julukan 'kaum sein kanan belok kiri atau kaum sein kiri belok kanan.'

Meskipun emak-emak ini belum sepenuhnya bisa mengendarai motor dengan baik dan benar, namun militansinya di jalan raya tidak diragukan lagi demi memenuhi kebutuhan mendesak keluarga, seperti dikatakan sang ketua umum tadi bahwa ibu-ibu terpaksa harus mengedarai motor karena anak-anak mereka lebih memilih mengantar pacarnya ketimbang memboceng ibunya ke pasar.

The power of emak-emak dibidang ekonomi di masa pandemi ini juga tidak ada tandingannya. Manakala ekonomi (keluarga) memburuk ditimpa krisis, mereka maju membantu, sebagian malah mengambilalih tanggungjawab.

Survei Facebook Indonesia yang dilaksanakan tahun lalu membuktikan hal itu. Tidak kurang dari 85% pelaku bisnis kecil menengah yang berbisnis di Facebook dimilik atau dijalankan perempuan. Dan hebatnya, bisnis mereka dapat menghasilan pemasukan.

Berbeda dengan perilaku mereka di jalan raya yang gagap teknologi dan aturan, di dalam berbisnis, ibu-ibu ini justru cepat mengadopsi teknologi. Lihatlah betapa cepatnya mereka memanfaatkan platform digital dalam pemasaran produk. Masih menurut survei Facebook, hampir 56% bisnis kecil dan menengah yang ada di Facebook mengaku memilih beralih menggunakan aplikasi digital, seperti Instagram, WhatsApp, FB dan lain-lain.

"Sekitar 25% pelaku UMKM saat ini mengaku penghasilan mereka didapat dari platform digital," ungkap Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari seperti ditulis CNNIndonesia.com.

Bagi mereka yang suka membeli makanan atau keperluan lain di aplikasi digital pasti bisa memahami hasil suvei tadi. Tidak sulit menemukan keberadaan para pelapak perempuan di platform digital. Tapi kalau agak ragu dengan data-data tadi, coba perhatikan data Bank BNI ini.
Menurut  Tambok P. Setyawati, Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) PT Bank Negara Indonesia jumlah debitur perempuan mencapai 50% dari seluruh debitur UMKM Bank BNI tahun 2020.

Luar biasa..! Wanita-wanita tangguh itu yang diperkirakan berumur antara 25 hingga 40 tahun tidak saja tampil sebagai penyelamat ekonomi keluarga melainkan juga menggerakan ekonomi digital. Inilah wonderwomen sebenar-benarnya. Tidak kurang dari Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengakuinya, ''Di masa pandemi Covid-19 ini, para istri justru tampil sebagai penyelamat ekonomi keluarga dengan berbagai jenis usaha yang mereka lakukan di rumah.''

Tahun lalu, ekonomi digital Indonesia memang tumbuh pesat diseluruh kategori, dimana khusus kategori makanan melesat lebih 61%, kecuali (sudah diduga) kategori travel dan akomodasi yang anlok 45% dibandingkan tahun 2019.

Pertumbuhan ini ditopang oleh jumlah pengguna internet pada Januari 2021 yang mencapai 202,6 juta atau naik 27 juta dibandingkan Januari 2020. Berdasarkan data We Are Social yang dirilis awal tahun ini, jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 73,7% dari total populasi.

Masyarakt Indonesia menghabiskan 127 juta jam selama setahun menggunakan telepon pintar, dimana angka ini naik 45% dibandingkan tahun sebelumnya. Maka masuk akal kalau ekonomi digital bergerak cepat ditengah-tengah pembatasan mobilitas.

Benar belaka komen seorang yang menonton konten Ketua Umum Asosiasi Komunitas Ibu Rumah Tangga Racing Club tadi, ''Emak-emak jangan dilawan, eimm.'' (*daeng)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun