Mohon tunggu...
Rahman Mangusara
Rahman Mangusara Mohon Tunggu... Penulis - Pilot Drone

Pilot Drone yang Suka Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Seberapa Tertunduk Kepala Kamu?

28 Mei 2021   15:07 Diperbarui: 28 Mei 2021   19:26 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu Lalu Lintas di Trotoar Untuk  'Kaum Kepala Tertunduk' (sumber: bbc.com)

Lalu, berapa lama waktu yang digunakan orang Indonesia mengakses internet dan media sosial? Datanya ini, masing-masing, 8 jam 52 menit untuk internet dan 3 jam 14 menit untuk media sosial. Mau tahu statistik global? Rata-rata penduduk dunia menghabiskan waktu menggunakan internet selama 6 jam 54 menit dan memakai media sosial selama 2 jam 25 menit dalam sehari.

Hingga Alinea ini,mungkin, belum terlihat manfaat dari jumlah waktu yang begitu banyak hingga melebihi rata-rata dunia yang dipakai untuk otak atik internet itu. Jadi teruslah membaca.

Jika ditotal selama 2020, jumlah waktu yang dipakai menggunakan telepon pintar (hanya yang memakai sistim operasi Android saja) 127,1 miliar jam, dimana jumlah ini naik 45%. Ada 6,32 juta apliksi yang diunduh selama setahun senilai US$480 juta. Data ini tidak mengherankan kalau melihat bahwa, setiap pengguna internet memiliki rata-rata 10,5 akun media sosial. Luar biasa!

Ekonomi Digital

Tahun lalu, prekonomian anjlok karena pandemi. Kesehatan masyarakat tergangung dan mobilitas terbatas. Toko-toko tutup, sebagiaan bahkan bangkrut karena tidak ada pemasukan. Tapi apakah ekonomi benar-benar terhenti? Apakah masyarakat sama sekali tidak berbelaja? Mungkinkah ekonomi 'tidak kasat mata' malah justru menemukan momentumnya jika melihat bahwa banyak sekali waktu yang dipakai untuk 'bermain' dengan telepon seluler.

Coba kita periksa statistiknya. Sebanyak 87,1% dari seluruh pengguna internet mengaku berbelanja di toko online, sebagian besar lewat aplikasi. Mareka paling banyak belanja makanan dan keperluan pribadi, termasuk kesehatan, yang jumlahnya meningkat 61,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini mudah ditebak mengingat kondisi kita selama tahun lalu. Nilai belanja untuk makanan ini mencapai US$4,66 juta.

Urutan kedua tertinggi pertumbuhan belanjanya adalaah untuk kategori mainan dan hobi yang melesat 51,5% denga nilai belanja US$4,44 juta, disusul belanja pakaian dan kecantikan yang naik 50,7% dengan nilai US$9,81 juta. Dan ada 37,34 juta yang melakukan pembelian makanan take away yang membuat Gojek, Grab, Shopee dan sejenisnya sibuk lalu Lalang selama tahun lalu.

Data berikut ini juga tidak membuat kita terkejut karena kategori inilah yang paling menderita selama pandemi yakni travel dan akomodasi yang anjlok nyaris 50% dibandingkan tahun lalu.

Kalau diringkas secara total, tahun lalu ada 138,1 juta orang berbenja lewat internet senilai US$30,31 miliar yang mana nilai ini naik 49,0% dari tahun lalu. Sebagian besar transaki ini menggunakan pembayaran digital yang membuat cara pembayaran ini naik pesat.

Seperti yang sering kita dengar dari orang-orang bijak, selalu ada hikmah dibalik kesulitan.  Pandemi ini membuat ekonomi digital menggeliat dengan cara yang belum pernah ada presedennya.

Penyair Joko Pinurba tampaknya bermasuk menyindir dengan menulis ini, "Sudah lama telepon genggam saya mengenggam tangan saya. Genggamannya lebih kuat dari genggaman tangan saya padanya.'' Tapi, untuk saat-saat seperti ini, kebiasaan itu justru mendatangkan sedikit, kalau tidak banyak, kegembiraann dan manfaat ekonomi dalam hidup yang sesak ini. (daeng)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun