Toleransi merupakan sikap yang tidak bisa lepas dari nilai-nilai ajaran Islam. Keharusan untuk memiliki sikap toleransi ini disebutkan dalam Al-Qur'an maupun hadis.
Toleransi terhadap sesama muslim ini terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abi Musa ra bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
"Hubungan orang mukmin dengan orang mukmin yang lain bagaikan satu bangunan yang saling memperkokoh satu sama lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam tidak melarang umatnya untuk melakukan toleransi terhadap non muslim atas dasar kemanusiaan. Namun, Islam melarang adanya toleransi yang menyangkut ibadah atau aqidah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Kafirun ayat 5 yang berbunyi:
lakum dnukum wa liya dn
Artinya: "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Kisah Toleransi Rasulullah SAW terhadap Kaum Thaif
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, terdapat sebuah kejadian yang menunjukkan sikap toleran dari Rasulullah SAW. Berikut kisahnya:
Bunda Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, pernahkan Anda mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?" Lalu Rasulullah SAW menjawab:
"Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu saat aku menemui suatu kaum kaum di kampung Aqabah (Thaif). Ketika itu, aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam).
Namun dia tidak memenuhi permintaanku. Aku pun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu).
Ketika aku berhenti di Qarnul Tsa'alib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, Malaikat Jibril memanggilku dan bertanya, "Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Kini Allah SWT telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu."
Kemudian, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Rasulullah SAW apakah beliau berkenan jika dua gunung yang ada di kota Makkah itu ditimpakan kepada mereka sebagai pembalasan. Rasulullah ternyata menolak tawaran itu.
Tidak terbesit sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka, "Aku berharap mudah-mudahan Allah SWT mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun." (HR. Imam Bukhari)
Pentingnya Memupuk Jiwa Toleran Sejak Dini
Sebagai bagian penting dalam ajaran islam, semangat dan jiwa toleransi sangat penting untuk dipupuk sejak dini. Terdapat banyak kisah-kisah yang bisa kita temukan di sekitar kita. Sunan Kalijaga dengan wayang dalam misi dakwah menyebarkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin adalah salah satu contohnya.Â
Bersama toleransi, hadir kedamaian dan kerukunan. Selain itu, Kita perlu menanamkan dan menumbuhkan sikap toleransi karena:
1. Membangun harmoni sosial
Toleransi memungkinkan berbagai kelompok dengan latar belakang, keyakinan, dan budaya yang berbeda untuk hidup berdampingan secara damai, meminimalkan konflik, dan mempromosikan kerjasama.
2. Meningkatkan pemahaman
Melalui toleransi, kita dapat memahami pandangan dan pengalaman orang lain, membuka pikiran kita terhadap perspektif baru, dan meningkatkan empati dan penghargaan terhadap keragaman.
3. Mendorong kemajuan
Toleransi menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan, karena memungkinkan orang untuk merasa aman dalam berbagi ide-ide dan berpartisipasi dalam proses pembangunan tanpa takut dicemooh atau dibatasi.
4. Membangun perdamaian
Toleransi adalah fondasi penting bagi perdamaian global, karena memungkinkan negara dan kelompok-kelompok yang berbeda untuk menyelesaikan konflik secara damai, membangun hubungan yang lebih baik, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H