Mohon tunggu...
Rahman Kamal
Rahman Kamal Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelance Graphic Designer and Social Media Marketing Expert

Menulis, bercerita, dan berbagi kekuatan. Pecinta bola yang kadang romantis dan menulis berbagai topik ringan sehari-hari. #COYG

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Aku Ini Binatang Jalang", Sebuah Memorabilia untuk Chairil Anwar Kita

9 Januari 2024   07:58 Diperbarui: 9 Januari 2024   08:00 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku Ini Binatang Jalang - Kumpulan Puisi Chairil Anwar (Dokumen Pribadi/Miftahorrahman)

Kalau sampai waktuku

'Ku  mau tak seorang 'kan merayu

Tidak juga kau

                Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulan yang terbuang

                Biar peluru menembus kulitku

                Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

                Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi!

Aku Ini Binatang Jalang merupakan buku yang berisi kumpulan puisi yang dibuat oleh penyair besar Indonesia, Chairil Anwar. Tak hanya kumpulan puisi, buku tersebut juga terdapat kumpulan surat yang dikirim Chairil Anwar kepada H.B Jassin, kritikus sastra yang turut membesarkan nama Chairil Anwar dalam dunia sastra Indonesia.  

Buku tersebut menghimpun karya-karya puisi Chairil Anwar tersebar di berbagai buku, seperti dalam Deru Campur Debu (DCD), Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (KT), Tiga Menguak Takdir (TMT), Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45, dan Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang.

Karya-karya Chairil dalam koleksi ini disusun menyesuaikan sistematika Jassin: sajak-sajak disusun secara kronologis. Hal itu diharapkan membuat pembaca dapat melihat perkembangan sajak-sajak Chairil Anwar dari awal hingga akhir.


Chairil Anwar: Hidup Singkat untuk Puisi yang Abadi

Chairil Anwar dikenal sebagai sastrawan pelopor Angkatan 45 melalui puisi-puisinya yang  begitu kritis dan penuh dengan makna tersirat. Dari larik-larik yang terdapat pada setiap puisi Chairil Anwar sangat jelas menggambarkan vitalitas dan sisi lain kehidupannya yang tergambar yang mungkin tidak bisa terhapus dari kehidupan berkesenian di negeri ini, yakni kejalangannya. 

Sebagai 'Binatang Jalang"-lah Chairil Anwar merupakan lambang kesenimanan di Indonesia.  Bukan Rustam Effendi, Sanusi Pane, atau Amir Hamzah tetapi Chairil Anwar yang dianggap memiliki seperangkat ciri seniman: tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya menjengkelkan. 

Sejumlah anekdot telah lahir dari ciri ciri tersebut. Tampaknya masyarakat menganggap bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan lebih sering tergoda oleh khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan golongan "binatang jalang" ini adalah orang sakit jiwa.

Sapardi Djoko Damono dalam penutup buku ini menjelaskan anekdot dan penggambaran itu membuktikan adanya sikap mendua terhadap seniman dalam masyarakat Indonesia. 

"Ia dikagumi sekaligus diejek; Ia menjengkelkan, tetapi selalu dimaafkan. Keinginan untuk menjalani hidup dengan cara tersendiri itulah, yang sering tidak sesuai dengan cara masyarakat umum yang menyebabkan Kebanyakan orang sulit memahami sikapnya." 

Salah satu puisi Chairil Anwar yang hingga kini digandrungi oleh masyarakat Indonesia adalah puisi berjudul "Aku", dari puisi tersebut ia seolah menceritakan bahwa dirinya ingin hidup seribu tahun lagi. Namun, hal itu justru tidak sesuai dengan ekspektasinya dikarenakan Chairil Anwar meninggal dalam usia yang masih sangat muda yaitu 27 tahun. 

Puisi berjudul Aku/Semangat karya Chairil Anwar yang dikenal hingga hari ini.(Dokumen Pribadi/Miftahorrahman)
Puisi berjudul Aku/Semangat karya Chairil Anwar yang dikenal hingga hari ini.(Dokumen Pribadi/Miftahorrahman)

Puisi tersebut ditulis enam tahun sebelum ia meninggal dunia. Jasadnya dimakamkan di Karet, yang disebutnya sebagai "daerah y.a.d." dalam "Yang Terampas dan Yang Putus" sajak yang ditulisnya beberapa waktu menjelang kematiannya pada tahun 1949.

Meskipun saat ini Chairil Anwar telah tiada namun sajak-sajaknya yang begitu indah masih hidup dan dikenal. Karya-karyanya masih hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dalam hidupnya yang singkat, Chairil Anwar telah menghasilkan puisi yang akan terus hidup seribu tahun lagi.

Kelebihan dan Kekurangan:

Kelebihan Buku


Sajak-sajak Chairil Anwar yang  sederhana tanpa terlalu banyak hiasan dikemas begitu menarik dalam buku ini. Dibawakan secara kronologis untuk membuat pembaca memahami perjalanan dan perkembangan sajak penyair muda ini. Pengemasan secara sederhana itu, membuat pembaca dapat mengimaji sajak-sajak yang disusun oleh Chairil Anwar.

Kekurangan Buku

Dibawakan secara kronologis, buku ini membawakan kumpulan lengkap sajak-sajak Chairil Anwar sepanjang hidupnya. Sebagai pembaca awam, diperlukan beberapa referensi dan pembacaan berulang untuk memahami sajak-sajak Chairil Anwar. Beruntung, pengantar kecil dari editor serta penutup dari Sapardi Djoko Damono memberikan banyak referensi sekaligus pandangan atas sajak-sajak yang dituliskan oleh Chairil Anwar.

Kesimpulan

Buku
Buku "Aku Ini Binatang Jalang" dan pembatas bukunya.(Dokumen Pribadi/Miftahorrahman)

Koleksi sajak "Aku ini Binatang Jalang" karya Chairil Anwar secara menarik berhasil mengkompilasi sajak-sajak penyair besar Indonesia ini dalam sebuah buku yang cukup padat. Berisi juga pengantar dan penutup yang sangat membantu pembaca memahami pergolakan Chairil Anwar dalam karya-karyanya. Sebuah memorabilia indah untuk binatang jalang yang mendamba hidup seribu tahun lagi.

Detail Buku "Aku Ini Binatang Jalang - Chairil Anwar"

  • Judul: Aku Ini Binatang Jalang
  • Penulis: Chairil Anwar
  • Editor: Pamusuk Eneste
  • Tebal: 131 Halaman
  • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
  • Terbitan Pertama: Maret 1986
  • Edisi yang direview: Cetakan ketiga puluh tiga, November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun