Di sisi lain, beberapa dosen dan dekan dari universitas yang terlibat dalam tren ini telah menyuarakan pentingnya menjadikan keragaman jurusan sebagai kekuatan, bukan alat untuk merendahkan pihak lain.
Mereka juga mendorong mahasiswa untuk lebih fokus pada kontribusi masing-masing jurusan terhadap masyarakat daripada mempertahankan persaingan yang kontraproduktif.
Tren ini seharusnya menjadi pengingat bahwa semua jurusan memiliki tantangan unik.
Ketika Teknik berkontribusi pada teknologi dan inovasi, maka PGSD mendidik generasi masa depan yang akan menjadi pondasi masyarakat.
Sebaliknya, alih-alih memperkuat stigma, tren ini bisa diarahkan untuk meningkatkan penghargaan terhadap keragaman kontribusi.
Fenomena "PGSD vs Teknik" di TikTok menunjukkan dinamika sosial yang kompleks. Sebagai hiburan, tren ini sah-sah saja, tetapi penting bagi pengguna untuk tidak mempertegas stereotip yang merendahkan. Dengan mengedepankan penghormatan dan apresiasi terhadap setiap jurusan, kita dapat menciptakan dialog yang lebih sehat dan konstruktif di platform digital.
TikTok, sebagai ruang publik virtual, memiliki potensi besar untuk mengedukasi sekaligus menghibur. Sebaiknya, tren seperti ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya peran berbagai disiplin ilmu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI