Selain perikanan, sejak dahulu aliran air Ranu Grati dimanfaatkan untuk mengairi sawah sampai 4 kecamatan, yaitu Grati, Nguling, Lekok, dan Rejoso sehingga hasil panen jadi berlimpah. Untuk mewujudkan rasa syukurnya, masyarakat mengadakan tasyakuran dengan harapan Ranu Grati tetap terjaga kelestariannya, keindahan alamnya, serta kesuburan tanah di sekitarnya, agar dapat dimanfaatkan bersama dan terhindar dari segala marabahaya dan bencana. Acara tasyakuran ini disebut "Distrikan" karena diikuti oleh empat kecamatan yang semasa itu disebut distrik.
Acara Distrikan ini sudah ada sejak tahun 1928 dimana pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Juru Kunci Ranu Grati. Pada awalnya acara Distrikan dimaksudkan untuk meminta kepada Sang Mbaurekso Ranu Grati agar tidak mengganggu masyarakat yang memanfaatkan perairan Ranu atau melakukan kegiatan disana sehingga tidak ada lagi korban seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya.Â
Acara diawali dengan mempersiapkan perahu yang digunakan untuk melarungkan sesajen serta berbagai makanan dan sandingan yang diperlukan untuk upacara.Â
Puncak dari acara ketika peserta upacara yang terdiri dari sesepuh desa dan masyarakat sekitar mengikuti upacara larung di tengah danau dengan naik perahu hias dan membawa gethek berisi sesaji tumpeng dan sandingan.
Sampai di tengah danau, Juru Kunci kemudian membacakan doa memohon keselamatan dan keberkahan kepada Sang Penguasa Ranu Grati. Upacara ini mengundang banyak pengunjung dari luar daerah karena ingin menyaksikan jalannya upacara sambil menikmati keindahan danau.
Sekarang sudah terjadi perubahan besar dalam acara Distrikan. Pada tahun 1978 acara distrikan dengan membuang sesaji ke danau dihentikan karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam dan kesadaran agamanya sudah semakin tinggi.Â
Dobrakan baru terjadi pada tahun 2000 ketika para pemuda Ranu Grati pada masa itu berinisiatif menghidupkan kembali budaya Distrikan yang pernah menghidupkan suasana di danau yang kembali sunyi.Â
Kini, dengan dukungan Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan dan aparat terkait, acara Distrikan lebih bernuansa Islami dengan mengganti doa/mantra larung sesaji dengan istighosah dan tasyakuran. Kembalinya budaya Distrikan yang sudah dimodifikasi diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pengembalian dan perkembangan Ranu Grati sebagai objek wisata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI